Kamis, 20 Maret 2014

Mengapa.



            Mengapa.
           by: Darah Mimpi

Tengah malam, mataku masih terbuka lebar
Angan kelabu membumbung tinggi di benakku
Aku merasa kesepian
Bahkan nada hati yang keluar dari mulutku pun,
Seakan tak terdengar
Aku membisu dalam nestapa
Kepada bintang aku bertanya, "Apa yang akan terjadi pada hidupku?"
Dan bumi lancang menjawabnya, "Kau akan menjadi kekasihku!"
 Aku protes kepada mimpi, "Umurku baru menginjak delapan belas tahun, dan aku belum dapat apa-apa? Tuhan inikah bukti adil-Mu untukku?"
Mengapa semua ini terjadi pada diriku?


Aku gadis yang bertekad baja
 Sayang baja itu telah berkarat


Aku menatap langit dalam kesunyian
Bulirku menetes merembas
 Sementara bulan masih tersenyum
Bintang masih berkelap-kelip
Dan tentunya langit tidak pernah akan roboh menimpaku.......

Aku bertanya kepada hatiku
Mengapa, mengapa aku menangis di sini?

Dawai angin masih bisa kurasa
Terjalnya jalan masih bisa kutapaki
Birunya  samudera masih terlukis di mata
awan masih berjalan di atas kepala yang kumiliki

Lantas aku bertanya,
Mengapa, mengapa aku masih terdiam di sini dengan asaku? 
Sementara kutahu
Langit itu berwarna biru
Cerah indah, tak pernah berubah
Bintang tak pernah tidur di bumi
Ia selalu bersimpul dengan senyumnya di angkasa
Begitupula dengan wajah mentari
Teriknya tak pernah mau terkalahkan oleh basahnya air hujan
Walau hujan datang, ia tetap bersinar, walau remang
Karena kabut memeluk tubuhnya erat
Kau tahu?

Sayang, aku tidak bisa mencontoh kehidupan di alam raya ini,
Aku terus terpacu dengan pahitnya asaku
Aku menyerah............

Namun,
Gemuruh ombak masih tetap berguling
Rona mega nan indah
menantiku untuk bangkit
Tumbuhan telah menyiapkan bunga yang indah untukku
Saat mereka bermekaran
Kumbang beserta kupu-kupu akan bersiul menyambut kemenanganku

Aku terbangun, lantas aku bertanya
Mengapa, mengapa aku tidak berterimakasih untuk dunia?
Setidaknya aku bisa tersenyum untuk mereka
Mengapa aku hanya bisa menghancurkan dunia
Menumbang pohon dengan seenaknya
Membuang sampah di perairan?

Gunung pun marah kepadaku,
Letusan buktinnya
Ketika pohon tertebang sembarangan
Lautan pun muak dengan tingkahku
Ia menyemburku dengan tsunami
Aku, aku bajingan, aku kurang ajar!
Tapi aku bangga karena aku masih bisa berkata
Aku akan berbenah diri
Walau tiada bukti
Tapi biarlah bumi menjadi saksi
Aku, aku memang bejat

Kemudian aku bertanya lagi
Mengapa, mengapa, mengapa Anda bermalas-malasan?
Padahal Anda mampu mengubah air mata dunia menjadi permata
 Sementara aku di sini
Masih bertahan dengan sisa oksigenku
Karena kelak aku akan menjadi kekasih bumi

Aku pun bertanya lagi,
Mengapa, mengapa...
Dan mengapa??????? Roda berputar, jika Anda masih terpaku berdiri membisu.

Februari 27
Dalam asaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar