Hatiku di Ambang Cakrawala
By Darah Mimpi
Getirku merangkul asa dalam gelombang rindu. Ruang atau waktu yang tak
mampu beradu. Memisahkan kisah asmara yang telah lama kami ukir di atas
pangkuan dukaku. Membasuh arti ketulusan kasih, yang semakin menggelora kalbu.
Dimanakah kutemukan muara kerinduan? Saat retina mata tak mampu berpapas muka.
Hanya senjalah yang mampu membayangkannya.
Kala kasihku jauh di seberang sana. Bersemayamlah dengan kesetiaan cinta
kita. Di sini aku pun akan terus berlayar, menggayuh keabadian cinta kita, agar
selalu bersahaja.
Saat gema adzan melengking di telingaku. Mataku langsung membuka
lensanya. Dawai kalbu langsung merontokkan dosa. Dengan sebait ayat suci yang
terlantunkan. Aku menengadah kepada-Nya.
Semoga kekasihku senantiasa baik-baik saja.
Bumi mulai tersorot sang surya. Aku duduk menatap layar laptopku.
Menunggu kekasihku online, yah hal
itu selalu aku lakukan sebelum aku berangkat kerja. Nabila Azzahra. Gadis yang
taat berhijab menutup auratnya, gadis berjiwa mulia dengan kesabaran seluas samudera.
Selalu tersenyum mengawali harinya, walau terkadang pahit harus di dekapnya.
Nabila Azzahra, yang sering kupanggil Zahra, kini jauh dari pelupuk mataku. Aku
yang dituntut untuk mencukupi kebutuhan masa depan. Harus rela berkorban
melepaskan kebersamaan kami. Bagiku, biarlah waktu yang menentukan kapan kami
bisa bertatap muka.
"Assalamu'alaikum Mas,"
Zahra mengirimku inbox. Hatiku
langsung berbunga. Dengan gesit kugelitik tombol keybord melalui jari-jemariku.
"Wa'alaikum salam, adikku
sayang, apa kabar di rumah? Baik-baik saja bukan?" Setiap awal
perbincangan. Selalu kalimat itu yang aku tulis. Menurutku itu adalah simbol
keperhatianku untuknya, kala mata dan raga tak mampu mendekap asanya langsung
di depan sana.
"Mas, Zahra baik-baik saja kok, Zahra kangen banget sama Mas,"
balasnya lagi.
"Mas juga, dik. Kira-kira dua bulan lagi mas pulang,"
"Benarkah? Mas, Zahra mau nanya sesuatu!"
"Apa?"
"Eh, gadis yang selalu komentar
dan selalu ngirim pesan di kronologi mas tuh siapa yah? Kok mas kayaknya deket
banget, mas manggil dia dik, dia juga manggil mas, dengan sebutan Mas."
Hatiku bagaikan tercabik cakar asmara.
Baru kali ini, kulihat Zahra nampak curiga denganku. Sebelumnya hal ini belum
pernah terjadi. Apakah ini pahitnya LDR, rasa curiga selalu bergejelok tinggi.
"Gadis yang mana sih, dik?"
Tanyaku dengan sabar.
"Yang bernama Franciska Aurinka
Sarah,"
Aku tertawa terbahak-bahak. Dia mah
rekan kerjaku. Dia lebih muda dariku. Jadi, menurutku tidak salah jika dia
memanggilku mas, dan aku menyebutnya dik. Zahra telah terbakar panasnya api
cinta. Ia cemburu.
"Hahaha, Zahra! Dia itu, rekan kerja mas. Dia masih muda jadi mas
panggil dia dik, dan dia panggil mas, begitu sayang!"
"Benarkah?"
"Apa aku harus perkenalkan dia denganmu, agar kamu percaya?"
"Maaf mas, Zahra takut mas pergi, dan ninggalin Zahra dengan gadis
lain!"
"Tak akan, sayang, sudah dulu yah! Mas mau kerja."
"Iya mas, hati-hati."
Kumatikan laptopku. Aku langsung siap-siap bergegas kerja. Pagi itu
kualunkan laju motorku dengan riang. Ketika kecurigaan itu berkembang, di
situlah sang hati menyembunyikan keperhatiannya. Aku akan terus menjaga rasa
cinta ini. Ketika aku merindunya. Kutatap cakrawala yang tak terbatas, di
situlah kusimpan separuh hatiku. Cakrawala itu tak bisa kuraba, hanya bisa
kulihat, dan kurasa betapa jauhnya ia. Begitulah kasihku, jauh di sana namun
cintanya tetap kurasa.
Ibunda memberiku nama Titin Widiyawati, pertama lensaku membuka mata
pada tanggal 16 juli 1995 tepatnya di kota kelahiranku, Magelang. Facebookku
Darah Mimpi, twitterku juga Darah Mimpi. No hp-ku 089654366813
Tidak ada komentar:
Posting Komentar