SEMANGAT BERSAMA KENANGAN
Oleh: Enalk (D&D)
07:30 hari ini adalah hari jumat. Hari yang
ditunggu-tunggu oleh semua siswa dari seluruh Indonesia, termasuk seorang
remaja yang bertubuh pendek dan berambut sedikit lurus tapi tidak begitu
panjang, yang sedang berdiri di bahu jalan depan sekolahnya, remaja yang sedang
menunggu pengumuman hasil Ujian Nasional yang telah di ikutinya beberapa minggu
yang lalu.
Wajah
oval yang dimilikinya menampakkan raut yang berbeda dari hari-hari sebelumnya.
Raut wajah yang secara kasat mata menampakkan kesenangan tapi di balik itu
semua menyimpan rasa cemas.
Remaja
itu bernama Amjar. Iya Amjar yang sudah tiga tahun lamanya menimba ilmu di
salah satu sekolah Madrasah yang berbasis negri. Dan salah satu madrasah
favorit juga di kota Bulukumba, kota yang terletak di sebelah selatan pulau
yang berbentuk 'K' itu.
Amjar
yang sudah berada di depan gerbang utama sekolah menengadahkan kepalanya ke
sebuah tembok dengan tinggi tiga meter di samping gedung kelas, matanya
menyorot tajam pada tulisan besar di tembok itu "MAN BULUKUMBA".
"tidak
terasa aku akan meninggalkan sekolah kebanggaanku ini. Sekolah yang menjadi
tempatku menuntut ilmu, sekolah yang yang memberikanku keceriaan di setiap
hari-hariku bersama teman-teman." katanya seraya menunndukkan kepala
secara perlahan, dari wajahnya nampak kesedihan yang tertahan, matanya
berkaca-kaca hingga akhirnya ia meneteskan air mata.
Remaja yang bertubuh ringkih itu menyeka air
matanya, kemudian berlalu meninggal tempat itu dan berjalan ke selatan menuju
sudut kanan sekolah, pandangannya mengarah ke kelas. kelas yang telah
menampungnya selama setahun terakhir ini. Dengan seragam putih abu-abu lengkap
dengan tas ransel kuning bermotif api di punggungnya, ia mangarungi jalan yang
di penuhi dengan debu yang tertiup angin riuh.
Di depan kelas ia melihat ada salah satu
temannya yang melambaikan tangan kepadanya.
"Amjar,"
panggilnya, Sambil melambaikan tangan kekarnya dan tersenyum ke arah Amjar.
"Iya."
jawabnya singkat. Remaja itu kemudian berlari kecil di antara siswa-siswa yang
mulai memadati lapangan sekolah. Amjar menuju ke pemuda yang berbadan kekar dan
bekulit putih yang ada di depan kelas, di bawah pohon mangga yang tumbuh
menjulang tinggi ke atap kelas. Hasyim, itulah pemuda yang memanggil Amjar.
Pengumuman
hasil UN akan segera diumumkan para wali kelas dari seluruh wali kelas yang ada
di MAN. Hasyim dan Amjar berjalan berdampingan mamasuki kelas yang berada di
pojok kanan sekolah. Dalam setiapa
dekapan langkahnya mereka diiringi dengan perbincangan di mana mereka akan
lanjut nanti, jika mereka dinyatakan lulus. Kedua pemuda itu behenti pada mulut
pintu yang terbuka lebar.
Di dalam
kelas mereka melihat sudah ada beberapa teman-teman yang sudah menunggu. Teman
yang berbeda dari mereka baik dari fisik maupun sifat. Seperti biasa sebelum
guru yang mengajar masuk kelas mereka akan bekumpul di sudut kanan belakang
kelas.
Di sana
terlihat empat orang remaja putri berjilbab dengan seragam putih abu-abunya
berjibaku dalam keheningan kelas mengeluarkan semua pengalamannya yang akan
diceritakan. mereka ngobrol sebagaimana seorang wanita pada umumnya.
Whana
remaja putri yang menghadap ke barat mengawali pembicaraan mereka. Ia bercerita
tentang make up kepada Kiya, Dian, dan Hana yang duduk di hadapannya.
Tidak salah jika ia bercerita tantang make up, karena itu sesuai dengan
karakternya yang terbiasa mengunakan make up yang belebihan pada
wajahnya, layaknya seorang artis. Tanganya juga ikut digerak-gerakkan mengiri
setiap kata yang diucapkan.
Kiya dan
Dian hanya mengangguk-ngangguk mendengarkan cerita Whana. Sedangkan Hana si
gadis kecil dan pendek, bekulit sawo matang itu tidak demikian adanya ia
menampilkan kebiasaanya yang ceplas-ceplos.
"Aahh,
biasa aja itu." Lagaknya sambil mengoyang-goyangkan pinggulnya.
Amjar
dan Hasyim yang duduk menghadap ke timur di sudut kanan depan, hanya tertawa
melihat tingkah Hana yang memang selalu membuat orang yang melihatnya tertawa.
"Bu
wali datang." Suara yang terdengar dari luar.
"Siapa."
Matanya menyelidik keluar mencari dari mana sumber suara itu. "Oh
Imha." lanjutnya singkat.
"Ayo
Syim, kita pinda ke belakang" ajaknya sambil berdiri dan merapikan tasnya.
"OK."
Jawabnya singkat sambil mengacungkan jempolnya.
Langkah
sepatu yang begitu jelas di telinga semua siswa yang ada dalam kelas, siswa
yang menyimpan sejuta harapan di hari yang berbahagia dan sekaligus menegangkan
itu. Dekapan sepatu itu semakin mendekat ke daun pintu yang terbuka, tapi suara
terhenti sampai di situ. Dari luar nampak seorang perempuan yang kira-kira
berumur 30-an menggunakan jilbab panjang sampai pinggang., tubuhnya kecil dan
memiliki tinggi sekitar 157 cm. Wajahnya terlihat pucat nampak seseorang yang
menyimpan banyak beban. Di tangan kanannya membawa setumpuk amplop yang
berisikan hasil UN kemarin.
Andi Nur
Hikmah, iya, itulah nama dari guru tadi. Ia melangkah masuk kelas dan duduk di
kursi guru yang terletak di kiri depan.
"Assalamualaikum
anak-anak."
"Waalaikumsalam
Bu." suara salam yang atnusias
menggema dalam kelas.
Bu
Hikmah lansung menyebutkan satu persatu dari nama yang tertulis pada amplop.
"Abdul
Hasyim," panggil ibu guru. Hasyim maju dengan perasaan yang bercampur aduk
menjadi satu.
"Irma
Damayanti." Nama selanjutnya yang disebutkan oleh BU Hikmah
"Iya,
aku." Irma si gadis cantik, imut dan selalu terlihat rapi, tubuhnya tidak
gemuk dan tidak juga kurus duduk di barisan paling depan, ia maju menerima
amplop untuknya, iya tidak lupa tersenyum pada ibu guru.
"Selanjutnya.
Ini siapa ya?" Katanya tidak bisa melihat jelas nama yang tertulis pada.
"Isma Ariana." Lanjutnya sambil tersenyum memndangi Isma.
"Aku,
aku." Ia mengangkat tangan dan terlihat sangat senang namanya disebut.
Gadis yang perawakannya sedikit gemuk dan imut maju kedepan.
Seterusnya
sampai nama yang kesepuluh. Tapi, dari kesepuluh nama itu belum terdengar nama
Amjar.
"Namaku
kenapa belum dipanggil." Gerutu Amjar tidak sabar ingin melihat hasil
ujiannya.
Tidak
lama suara dari depan menyebut nama 'Amjar'. Tapi, Amjar tidak begitu jelas
mendengarnya.
"Amjar,"
seru ibu guru lagi.
"Iya
bu." Jawabnya singkat. Amjar maju dengan laga seorang pemenang yang sudah
yakin bahwa ia dinyatakan lulus.
Bu
Hikmah menyebut semua nama hingga nama yang terakhir. Setelah semua siswa
mendapatkan amplopnya masing-masing, Guru itu meningglkan kelas. Semua siswa
membuka isi amplop, penasaran dengan isinya. Mereka mengeluarkannya dengan
perlahan tapi pasti.
"Horeeee.
Luluuuus." teriakan salah satu siswi yang berdiri di belakang kelas,
teriakan yang keras, semua mata tertuju padanya, tertuju pada Hana si gadis
ceplas ceplos, ia melompat-lompat kegirangan. Semua tidak sabar ingin melihat
hasilnya, semua kompak untuk meliahat hasilnya.
"Horeeeeeee."
Suasana kelas menjadi kacau semua padangan mengarah pada kelas itu. Mereka
semua senang tak terkira. ada yang bepelukan, ada yang memukul meja, dan ada
yang hanya temenung, sampai-sampai ada yang menangis terharu, karena ternyata
usaha mereka tidak sia-sia selama tiga tahun.
Amjar yang duduk di belakang, maju mengambil
alih kelas. Mengumpulkan semua teman-temannya, ia berlagak seorang pemimpin
yang akan memberikan pidato kemenangan.
"Teman-teman
kita semua telah dinyatakan lulus, itu artinya kita akan berpisah. Tapi,
perpisahan ini bukan berarti pemutus dari persaudaraan kita. Karena ini bukan
akhir dari segalanya, karena saya yakin suatu saat kita akan berkumpul kembali.
Dan kita harus membangun semangat baru melalui kenangan kita bersama. Ingat
teman-teman kita adalah saudara." pesan Amjar pada teman-temanya.
Yogyakarta,
27 0ktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar