Rindu yang sangat akan rasa damai, rasa adil dan kebijakan yang arif-tak memihak terus menjalar ke relung jiwaku, dan siapa pun pasti merindukan hal yang sama. Terik matahari yang panas-membara, begitu sangat menyengat, membuat tubuh kita dan beberapa tanaman kebelingsatan seperti cacing kepanasan. Sehingga kita membutuhkan sepercik atau beberapa gayung atau pun ember air yang mengalir dari sumber mata air, baik yang berasal dari : sumur, pegunungan, danau dan laut. Di mana setetes air diharapkan mampu menghempaskan rasa lelah dan kejenuhan akibat persoalan hidup yang tak kunjung reda.
Bulan maret 2012, bagi semua kalangan khususnya bagi para buruh, nelayan, petani, pedagang kecil, sopir angkot-taksi dan kaum gelandangan merupakan masa-masa yang mencekik leher mereka atau masa suram-kelam. Di mana hidup sudah susah dibikin susah lagi, oleh sebagian orang yang entah mata hatinya sudah tertutup atau pura-pura tuli dan buta dengan nasib sekelompok orang yang tak beruntung. Sejak hari sabtu, 24 Maret 2012, sudah terjadi gelombang unjuk rasa oleh massa hisbu tahrir Indonesia menolak kenaikan bahan bakar minyak (BBM), Senin, 26 Maret 2012 terjadi unjuk rasa mahasiswa dan buruh di bandara polonia Medan yang berujung ricuh dengan aparat kepolisian setempat.
Dan yang paling dianggap menakutkan adalah pada hari Selasa, 27 Maret 2012, karena hampir serentak di beberapa propinsi (Metro TV)
Di Jakarta ada tiga titik aksi yakni di gedung DPR RI, bundaran hotel Indonesia (HI), istana Negara. Kericuhan antara pendemo dan aparat pun tak dapat dihindari, bahkan terjadi perebutan dan pengrusakan kartu memori oleh oknum polisi, ketika salah satu wartawan dan fotografernya mengambil gambar oknum polisi yang menggeroyok mahasiswa dan memukulinya di stasiun gambir Jakarta Pusat.
Di Sulawesi Selatan, justru terjadi lempar batu antara mahasiswa dan masyarakat, ada juga seorang mahasiswa Universitas Alauddin Negeri Makassar dipukuli ketika terjebak di parit. Tapi, ada sebagian mahasiswa Makassar yang tak simpatis dan anarkis menduduki restoran siap saji bahkan ada yang mengatakan menjarahnya, sungguh nilai moralitas dan kemanusiaan nampaknya melelah bersama kemarahan, akibatnya kerugianlah yang melanda semuanya. Belum lagi di beberapa kota besar lainnya. Tapi ada hal yang menarik, di mana wakil wali kota Surakarta dan Wali Kota Surabaya berunjuk rasa menentang kenaikan BBM. Menyebabkan Mendagri Gamawan Fauzi menyatakan bahwa pejabat pemerintah yang ikut aksi melanggar kode etik dan mengancam akan memperhentikan jabatannya.
Sebenarnya ada apa dengan para elit Negara atau pemangku kekuasaan ini, yang semakin tua seharusnya makin bijak, ini malah makin brutal dan lebih suka menjarah hak-hak rakyat? Oh Ibu Pertiwi, malang nian nasibmu, dan mau di bawa kemana sebenarnya kamu oleh anak-cucumu yang suka berpolitik abu-abu hitam ini?
Semacam negeri dongeng saja, saat rakyat menuntut haknya, sang raja berkelana dengan segala cara dan segala macam alasan. Ia berlayar ke beberapa negeri gingseng, selain kunjungan kenegaraan, rupanya ia dianugerahi gelar yang cukup prestise, walah raja…. Sudah lupa ya dan tak takut akan doa-doa rakyatmu yang bisa membuatmu tak bisa tenang bahkan bisa saja membuatmu kehilangan tahtamu. Seandainya para founding father Bumi Putera ini masih hidup, pastinya mereka akan menangis atas kekhilapanmu wahai raja dan bala tentaramu yang tak berdaya. Kami pun yang masih diberi kesempatan untuk menghirup udara, sangat sedih dan tak tahu lagi ke mana kami akan mengadu dan berkeluh kesah atas ketidakadilan yang ditorehkan oleh tangan-tangan berselongsong bara api. Saat tuntutan dan aspirasi kami tuangkan dengan berbagai cara dan menjadi parlemen jalanan, para penguasapun tutup telinga dan hati. Dan sepertinya Jalan yang sangat tepat untuk kami mengadu dan berkeluh kesah adalah langsung meminta pada yang punya Arsy’ atau meminta campur tangan-Nya, karena Dia lah yang memiliki segalanya termasuk isi kepala raja dan bala tentaranya. Syukur-syukur mereka diberi kesadaran, tapi kalau tak sadar biarlah Engkau yang membalas segalanya.
Mungkin itu akan terdengar doa atau keluh kesah seseorang yang putus asa, atau ada yang mengatakan “hal itu wajar, habis raja dan bala tentaranya saja sudah disumbat kepekaan sosialnya”.
Kami berteriak ke jalan/menjadi parlemen jalanan/terik matahari, hujan kami terjang/demi segenggam kesejahteraan yang panjang/tetesan darah mengalir tak kami hiraukan/darah-keringat kami melebur di atas gumpalan tanah dan pasir/ meski telinga, mata, hati kalian tersumbat keserakahan/ kami akan tetap lantang menyuarakan kebenaran/.
Tuhan semoga apa yang kami teriakan akan membuka pintu pencerahan dan Engkau menggantikan para penguasa yang lalim dengan yang peka sosialnya. Itulah kegundahan dan kegalauan yang saya atau siapa pun tuangkan dalam secarik kertas atau kami tulis pada pohon, bebatuan yang suatu saat akan menjadi bukti atau sejarah akan arti sebuah perjuangan.
Segala persoalan yang melanda negeri kita sekarang ini, merupakan berangkat dari ketidakjujuran kita dan penguasa, di mana hanya memikirkan isi perut sendiri.
Dan saat diumumkan kenaikan BBM oleh pemerintah, hampir seluruh rakyat Indonesia demo menolaknya, ada yang anarkis, damai dan simpatik, dan puncaknya adalah kamis, 29 Maret 2012 saat diadakan sidang paripurna APBN 2012. Para pendemo melakukan aksi sampai malam, sedang di gedung DPR RI pembahasan sangat alot, banyak partai politik melakukan politik abu-abu dan penyelamatan diri, antara lain GOLKAR dan PKS. (Metro TV dan TVONE). Tanggapan pun beragam tentang demo tersebut, baik yang dilakukan oleh beberapa elemen masyarakat atau mahasiswa. Ada yang acuh bahkan mencibir, buang-buang waktu ngapain demo, bisa jadi orang yang bilang itu adalah orang yang pesimis dan masa bodoh atau orang yang hidupnya sudah terpenuhi semuanya. Tapi ada yang mendorong atau setuju, asalkan jangan berbuat anarkis, karena telinga dan hati para pengusa sudah bebal dan tak mampu bedakan mana hak dan kewajiban, mana halal dan haram, dan sepertinya dengan turun ke jalan akan membukakan mata hati mereka meski sedikit. Sebagian penguasa itu tak takut pada Tuhan, apalagi manusia.
Kami berharap dengan adanya parlemen jalanan dapat menyadarkan mereka, bahwa masih banyak rakyat yang butuh pelayanan dan miskin.
Sebenarnya banyak sekali contoh konkret yang dapat dijadikan referensi atau pijakan para penguasa sekarang ini. Bagaimana Nabi Muhammad SAW menjadi seorang negarawan yang ulung dan adil terhadap siapa pun, selain itu juga selalu mendengarkan apa kata rakyatnya dan masih banyak teladan yang kita perlu kita gali. Kepemimpinan para founding father kita “ Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari, Sultan Hamengku Buwono IX, Muhammad Hatta, Cut Nyak Dhien dan lainnya”.
Tapi ya itu lagi-lagi, egonya yang memenangkan pertarungan hidup mulia atau hina yang akan tertulis dalam lembaran Negara dan sejarah dunia.
Yang terjadi di negeri sepotong surga ini, adalah sang raja tak mau mendengarkan suara terbanyak rakyatnya. Malah mengerahkan bala tentaranya yang selama ini bertugas mempertahankan perbatasan dan menangani kemanusian baik di kerajaan atau pun di Negara tetangga, di minta menjaga tempat-tempat vital ya itu alasannya, supaya tak dipatahkan dengan aturan atau pasal yang terdapat dalam konstitusi.
Kata Direktur program imparsial Al’araf bahwa : tidak ada keputusan resmi pelibatan TNI terhadap penanganan pengunjuk rasa adalah mengindikasikan bahwa SBY : Susilo Bambang Yudhoyono (raja) lari dari tanggungjawab, Rabu, 28 Maret/Metro Tv. “ Walah makin ruwet saja negeri ini dan ada benarnya juga kata aktor Dedi Mizwar “alangkah lucunya negeri ini”.
Kemungkinan kalau sang raja mau berkomunikasi dan berdialog langsung dengan rakyatnya, pastinya tak akan terjadi korban yang besar dan kerusakan sarana-prasarana lebih banyak lagi. Ini malah pergi, dengan alasan agenda yang sudah ditentukan. Penting mana rakyatnya atau pencitraan dirinya? Semoga kalau kita diberi kesempatan oleh Allah untuk menjadi pemimpin di mana pun, dalam bidang apa pun, sebaiknya kita berdoa agar dilindungi dari kenistaan, kezholiman dan tak mengambil hak-hak orang lain.
Amin
Syukur Alhamdulillah, akhirnya aksi yang terus dilakukan oleh elemen masyarakat, buruh, dan mahasiswa menuai secercah cahaya. Harga BBM tak jadi dinaikkan, memang harus ada korban fisik, perang fisik antara rakyat VS aparat. Kerugian fasilitas Negara dan umumpun cukup besar, karena pada saat aksi ada tangan-tangan jahil dan hatinya diselimuti kebencian, kemarahan yang mendalam, sehingga tak mampu bedakan mana yang boleh dan tak boleh. Dan bantuan tunai langsung (BLT) atau BLSM (bantuan langsung sementara), kata menteri keuangan Agus Martowardoyo akan disimpan, tak jadi dibagikan karena BBM tak jadi naik. Dan perlu dicatat atau diingat, ketika akan mengambil kebijakan atau kewenangan untuk hajat hidup orang banyak, sebaiknya dilibatkan semua perwakilan elemen, mahasiswa, tokoh agama/masyarakat dengan pejabat negara dalam satu meja.
Dusrinah
Yogyakarta, Kamis, 29 Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar