Musik mencipta peradaban
Oleh Darwin
“Ciptaanku ini bukanlah untukmu, tetapi untuk masa sesudahmu”-Ludwig van Beethoven-(Michael H. Hart, 2005)
Musik adalah salah satu seni yang selalu menemani, berkaitkelindan, bahkan mencipta peradaban umat manusia hingga hari ini. Ia hadir sebagai sarana mengekspresikan diri sekaligus menghibur. Dari sisi komunikasi, ia hadir sebagai penyampai pesan dari sang komunikator (pencipta lagu, penyanyi, dan produser) kepada komunikan (penikmat lagu/konsumen). Musik juga hadir di muka bumi sebagai media kritik bagi penguasa yang sewenang-wenang menjalankan kekuasaannya.
Setiap tanggal 9 Maret di Indonesia selalu diperingati sebagai Hari Musik Nasional. Tujuan dari peringatan ini tidak lain adalah agar dunia permusikan Indonesia menjadi tuan di rumah sendiri. Hal ini terbukti dengan dominasi para musisi kita di pentas musik Tanah Air belakangan ini, bahkan bisa berekspansi ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam. Peta permusikan Tanah Air sekarang berbeda sekali dengan di awal tahun 1990-an, di mana musik negara tetangga Malaysia yang mendayu-dayu “menyerbu” rumah-rumah kita mulai dari perkotaan hingga pelosok pedesaan.
Di hari Musik ini, kita bisa berefleksi diri, sudah sejauh mana perkembangan musik Tanah Air, baik itu dari sisi kualitas maupun dari sisi efek budaya yang ditimbulkannya. Kita perlu memperhatikan dunia musik kita tidak hanya dari sisi kuantitas-menjamurnya band-band di Tanah Air dan ekspansinya ke negara tetangga-, tetapi perlu juga diperhatikan sisi kualitas, baik itu dari segi substansi sebuah lagu (lirik), maupun visualisasi (video klip). Lirik sebuah lagu mencerminkan budaya masyarakat di mana lagu tersebut berada. Visualisasi juga penting diperhatikan, karena masyarakat kita hari ini adalah masyarakat yang “tergila-gila” dengan visual, dengan kata lain masyarakat kita adalah masyarakat penonton, bukan masyarakat pembaca.
Lirik-lirik lagu kita yang didominasi tema cinta membuktikan peradaban kita adalah peradaban yang dangkal, pragmatis, dan rendahan. Kehidupan kita tereduksi seolah-olah kita dihadirkan ke dunia ini hanyalah demi sebuah cinta dua insan saja, padahal, masih banyak tugas mulia manusia lainnya yang perlu diakomodir oleh dunia musik Tanah Air, seperti tugas kebudayaan yang berdimensi horizontal maupun tugas yang bersifat spritual yang berdimensi vertikal.
Musik adalah bagian dari budaya, karena ia adalah hasil daya kreasi manusia. Nah, di sinilah dibutuhkannya perubahan cara berfikir para insan permusikan Tanah Air. Tidak semata-mata menghadirkan tema cinta ke tengah-tengah masyarakat kita, tetapi yang dibutuhkan adalah tema yang mengangkat nilai-nilai luhur bangsa. Dengan nilai-nilai tersebut masyarakat kita diharapakan akan sadar nilai, dan, pada akhirnya masyarakat berperadaban unggul akan lahir di negara kita tercinta ini.
Banyak yang bisa diangkat ke permukaan terkait dengan budaya, misalnya kita mengangkat kembali budaya tradisional kita yang semakin hari semakin memudar di tengah gempuran modernisasi. Melalui musik, yang merupakan bagian dari budaya pop, kita bisa memperkenalkan kembali budaya-budaya tradisional kita yang cukup kaya kepada generasi muda yang mulai kehilangan identitas belakangan ini. Dalam hal ini, musik sangat efektif menyebarkan nilai-nilai budaya bangsa. Sebagaimana kita tahu, musik di Tanah Air selalu identik dengan generasi muda. Mulai dari pembuat hingga penikmat lagu hampir tidak dapat dipisahkan dengan generasi muda. Menurut hemat penulis, tidak ada masalah dengan budaya pop sebagai sarana memperkenalkan budaya tradisional, karena dengan jalan inilah budaya tradisional kita bisa dibangkitkan kembali. Hal ini melihat pengaruh dari budaya pop sendiri yang telah mengakar dalam kehidupan sehari-hari kita karena faktor globalisasi.
Para insan musik (penyanyi, pencipta lagu dan perusahaan rekaman) di Tanah Air bisa mengangkat kekayaan budaya bangsa Indonesia dengan pengambilan gambar video klip di tempat-tempat yang kaya akan nilai tradisi. Pengambilan gambar, misalnya, bisa dilakukan di Ubud, Bali, desa wisata yang bertebaran di berbagai kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta dan tempat-tempat lainnya yang penuh dengan nilai tradisional yang bertebaran di seluruh Indonesia. Para insan musik kita bisa juga menampilkan ritual-ritual tradisional kita, supaya generasi muda kita tidak hanya disibukkan dengan ritual modern yang menggejala dalam era digital sekarang ini.
Begitu juga dari segi lirik. Lirik lagu bisa berisi pesan-pesan budaya. Tentunya dalam rangka memperkenalkan budaya tradisional kita. Para insan musik bisa menyisipkan nilai-nilai luhur bangsa, seperti ajaran-ajaran yang termaktub dalam serat, tombo dan sastra lisan-sekarang menjadi tulisan- lainnya yang menjamur di seluruh Indonesia. Selain itu, lirik lagu bisa juga menceritakan praktik-praktik ritual berbagai suku bangsa, seperti pernikahan, dan upacara-upacara tradisional lainnya, hingga berbagai permainan tradisional yang mulai dilupakan.
Hal ini kiranya yang perlu kita perhatikan di Hari Musik ini. Musik bukan hanya sekadar hiburan semata, tetapi musik juga sebagai penyampai pesan peradaban seperti yang dilakukan Beethoven dahulu dan, hari ini karya-karyanya masih bisa kita nikmati walaupun peradaban umat manusia semakin berkembang.
Yogyakarta, 08 Maret 2011
Pegiat Forum “Komunitas Belajar Menulis”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar