Komunitas Belajar Menulis (KBM) Yogyakarta
Menyambut Hujan Bulan Desember
Hujan di bulan Desember berlinang
dengan kenangan, manakala air mata telah mengering. Rinai hujan di luar pintu jendela mengucur
deras. Sesekali sepasang bola mata mengintip ke luar jendela, jejak langkah
terhapus air hujan. Kini, hanya menunggu genangan untuk merapal jalan yang
basah. Tapi, izinkan aku mengecup bulan Desember di simpang jalan.
Di bulan Desember 2015, Komunitas Belajar
Menulis (KBM) Genap lima tahun menyambut jalan yang basah, titah kehidupan ia
rapalkan dengan segenap pengabdian. Membina generasi yang tampak sungsang.
Membuka jalan setapak menuju bukit kata, menjajaki kehidupan yang tampak suram.
Dalam kata ditemukan kehidupan, dalam rumpun kalimat disemai makna, di dalam
buku kehidupan diabadikan. Itulah, titah yang dijalankan KBM membabat belukar
kehidupan dengan pena. KBM terlahir di bulan yang basah atau bulan yang penuh kenangan
dan genangan. Biarkan tahun mengatup di bulan Desember sebagaimana usiaku (Penulis)
kembali menjajaki di penghujung jalan.
Coretanku terlahir dari rahim KBM.
Aku sebagaimana yang lain, ditampung di
ceruk KBM mengasah ketajaman pena, menyusun piramida kata, dan melukis bahasa.
Setelah itu, diteror galak tawa dan kritikan menohok. Muka tampak merah padam,
keringat berkucur deras, debar jantung semakin menggebu, dan senyum tersipu
malu adalah ucapan selamat datang di KBM. Lihatlah sang pemula, pasti tampak
malu-malu, celingak-celinguk, dan atau tertunduk rapuh membaca
lembaran-lembaran kertas di depannya. Tapi, bukan ini yang menjadi kesan utama di
KBM. Sebab, Jika Anda lupa bahagia silakan mampir di KBM. KBM adalah tampung
air segi empat (lihat novel Pulang, 196-197 ). Di KBM dirayakan galak tawa,
bermain-main dengan syair dan membual bersama. Tak heran jika pesertanya hilir
mudik, bertahan, dan lupa jalan pulang ke KBM.
Selama kurang lebih setahun di KBM, Ini
kali Pertama KBM mengadakan kegiatan di luar rutinitas berjamaah di malam Senin.
Tepat pada tanggal 14 Desember 2015, KBM mengadakan diskusi “klinik
kepenulisan” yang dibawakan oleh Ade Ma’aruf Wirasanjaya, S.IP., M. A dan Teori
Public Speaking” oleh Ratih
Herningtyas, S.IP., M.A di markas KBM, Jalan Golo, no. 36A Yogyakarta. Diskusi
akan dimulai tepat pada pukul 14.30-17.00 WIB. Namun, tidak berjalan sesuai
dengan harapan. Diskusi terus ditunda sampai pada pukul 17.01 WIB dengan alasan
pematerinya belum datang. Berdasarkan desas-desus yang berkembang di peserta
diskusi “pemateri terlambat karena sedang menguji di kampus Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta”. Sambil
menunggu pemateri Ade Ma’aruf Wiransanjaya dan Ratih Herningtyas, Moderator
membuka acara diskusi dengan perkenalan dan pembacaan puisi dari peserta
diskusi.
Pembacaan puisi disambut riuh oleh
peserta, suara tepuk tangan menderu setiap akhir pembacaan puisi. Muka
malu-malu di antara butiran hujan yang jatuh di luar sana, tidak mengurangi
desiran suara merdu para pembaca puisi. Rasa malu lekas pergi, buku puisi terus
bergulir di antara para peserta. Senandung lirih terus menggema hingga pada
akhirnya hampir semua peserta mendapat giliran membaca puisi. Semuanya berjalan
sesuai dengan nada gemericik hujan di luar ruangan. Suara adzan Magrib ikut
berhembus bersama desiran angin, pembacaan puisi diakhiri. Dengan melanjutkan
pelaksanaan salat berjamaah. Sementara, pemateri (Ade Ma’aruf Wirasanjaya)
masih dalam perjalanan.
Penantian yang cukup panjang dari pukul
14.00-18.00 beberapa peserta mulai mangkat. Mungkin, di antara yang pulang
masih ada rindu yang disematkan pada kekasih atau janji yang tidak bisa
diingkari. Gemerlap malam Minggu masih sulit terbendung pada jiwa muda,
nada-nada cinta masih menghias di bawah pelupuk mata. Jalan pulang adalah
pilihan terbaik untuk beradu dengan malam “memadu kasih”. Tapi, semoga bukan
itu yang menjadi alasan pulang. Dari tutur mereka yang pulang karena ada
kegiatan malam itu “Minggu”, mereka sedang penggalangan dana, dan memiliki
kegiatan penting di tempat lain.
Gemericik butiran hujan terus berpagut
dengan malam, Ade Ma’aruf Wirasanjaya telah tiba. Beliau memasuki klinik KBM
dengan warna baju merah maron, celana
warna hitam dengan menenteng tas laptop di tangan kirinya. Beliau disambut
dengan senyuman peserta diskusi, beberapa orang menyalaminya dengan senyum
simpul perkenalan. walaupun, kedatangan beliau sangat telat, acara diskusi
tidak pindahkan ke hari lain. Sebab, Beliau sedang menada hujan.
Ade Ma’aruf
Wirasanjaya Menada Hujan
Pada pukul 18.15 WIB, acara diskusi
dimulai oleh saudara moderator Wira Prakasa Nurdia dengan ucapan basmalah “Bismillahirahmanirrahim”. Selanjutkan,
moderator memperkenalkan identitas singkat dari pemateri, yang bernama Ade
Ma’aruf Wirasanjaya, S.IP., M. A, sebagai pengajar di jurusan Hubungan
Internasional Muhammadiyah Yogyakarta. Beliau juga sebagai penulis di berbagai
media baik media lokal maupun media nasional. Setelah itu, sang moderator
mempersilakan pemateri untuk memaparkan tema diskusi kali itu yakni; “Teknik dan Pola-pola Penulisan Essai,
Artikel dan Buku”.
Kesempatan itu disambut baik oleh Pak
Ade M. Wirasanjaya. Permohonan maaf tidak lupa disampaikan oleh pak Ade M.
Wirasanjaya karena keterlambatannya dan titian permohonan maaf dari ibu Ratih
Herningtyas, S.IP., M.A, yang tidak sempat hadir pada kesempatan malam itu. Dan
jadwalnya dipindahkan ke hari yang lain.
Tanpa terlalu lama basi-basi beliau
langsung menjabarkan materi teknik penulisan yang baik dan persoalan yang
dihadapi oleh penulis. Menurut penuturan Pak Ade, seorang penulis harus
memiliki 3i (Insight, Information, Imagination). Tanpa
kemampuan tersebut kemampuan menulis seseorang akan mengalami kemandekan. Dan
kualitas tulisan ditentukan oleh ketiga unsur tersebut. Seseorang penulis harus
punya wawasan (Insight) yang luas,
yang didukung oleh data (Information),
dan di dukung oleh daya imajinasi (imagination)
seorang penulis. Imajinasi seorang penulis sangat penting untuk memainkan daya
alir sebuah tulisan. Sebuah tulisan yang baik ketika enak dibaca, tata bahasa
yang baik serta permainan diksi, yang melenakan pembaca.
Selain itu, seorang penulis dituntut
untuk mempersiapkan tiga hal yaitu basic
knowlodge atau angel of view (sudut pandang) dalam melihat persoalan atau masalah
sosial yang terjadi di sekeliling kita. Sebaiknya, sudut pandang penulis
dipengaruhi oleh disiplin akademiknya
(keilmuan). Selanjutnya, penyusunan outline
perlu dilakukan untuk mempercepat lahirnya sebuah tulisan dan memberikan
gambaran umum untuk mempermudah dalam membuat tulisan. Dan kiranya, tulisan
harus mengandung “rasa” (sense) untuk fokus menjabarkan sebuah
tulisan. Sehingga, tulisan tersebut tidak kering, dan dangkal agar tampil
impresif dan enak dibaca.
Terlepas dari hal tersebut, ada tiga
perkara yang sering dihadapi oleh penulis khususnya pada penulis pemula yaitu;
memulai tulisan, mengisi konten tulisan, menutup tulisan. Untuk menghadapi
perkara ini pada hakikatnya bisa terjawab ketika didukung dengan penguasaan 3i
tersebut. Tetapi, Ketiga perkara tersebut menjadi hal yang paling rutin
ditanyakan dalam setiap pelatihan dan diskusi kepenulisan. Pada dasarnya Pak
Ade M. Wirasanjaya memaparkan untuk mengatasi persoalan tersebut, mengenai
teknik membuka tulisan, mengisi konten tulisan dan menutup sebuah tulisan.
Namun, dalam pemaparan dalam tulisan ini kurang memungkinkan karena
mempertimbangkan kerugian pembaca. Sebab, pembaca tidak merasa rugi ketika “penulis”menjelaskan
secara rigit dalam tulisan ini. Semoga di lain waktu bisa menyempatkan waktunya
untuk hadir di diskusi yang lain.
Epigon dan Plagiat
Unsur–unsur di atas merupakan unsur
teknis yang memengaruhi sebuah tulisan. Namun, ada hal non-teknis yang tidak
kalah penting dalam memengaruhi sebuah tulisan yaitu; pertama, gaya penulisan turut menentukan dalam tulisan karena gaya
tulisan mencerminkan karakter penulis. Gaya penulisan menjadi faktor penarik bagi
pembaca. Sebab, gaya penulisan menjadi daya tarik tersendiri dan mempengaruhi
orisinalitas karya penulisnya misalnya Ignas Kleden, Yudi latief, dan Goenawan
Mohammad. Tetapi, bagi penulis pemula disarankan untuk meniru gaya penulisan
sesuai dengan penulis yang diidolakan. Model seperti ini dinamakan epigon menurut Ade M.
Wirasanjaya. Epigon sangat berbeda
dengan plagiat karena plagiat meniru atau mengambil isi tulisan tanpa
mencantumkan penulisnya. Sementara, epigon adalah meniru gaya penulisan atau
model untuk menyampaikan gagasan seorang penulis.
Kedua, komunitas. Sebaiknya seorang penulis mempunyai komunitas untuk
mengasah ketajaman penanya seperti di KBM. Komunitas bermanfaat untuk
mengapresiasi karya seseorang. Selain itu, komunitas menjadi tempat yang baik
untuk mendapatkan pembaca dan memberikan masukan terhadap tulisan yang telah
dibuat. Penulisan yang baik harus terbuka terhadap kritikan untuk mengembangkan
skill penulisan. Dengan berbagai
kritikan dan masukan bagi penulis sekiranya akan mengurangi kegagalan dalam
menulis. Tentunya, harus didukung dengan komunitas. Dalam komunitas khususnya
di KBM, para penulis akan melakukan otokritik terhadap semua tulisan yang di
bawah ke KBM menyangkut pengaruh bahasa lisan ke tulisan, diskusi mengenai isi
atau konten tulisan, menjaga stamina, ritme, dan spirit penulis dengan agenda
yang rutin. Di KBM para penulis pemula terus didorong mengirim tulisannya di
media dan gambaran selera redaksi setiap media.
Bagi penulis, KBM adalah pelipur lara
bagi yang berduka dalam penulisan. Sebab, KBM akan senantiasa membimbing para
penulis-penulis pemula untuk eksis dengan karyanya. Sebagaimana, pak Ade
Ma’aruf Wirasanjaya menjadi pelipur lara bagi peserta diskusi yang menanti
beberapa jam. sebab, materi yang disampaikan setara dengan penantian yang
panjang itu.
Keterlambatan Ade Ma’aruf Wirasanjaya,
yang sedang menada hujan adalah ikhtiar menerima hidayah dan mempersiapkan
anugerah dari sang Kuasa. Hujan adalah anugerah dan hidayah tidak bisa ditolak.
Tapi, harus disyukuri sebagai nikmat Tuhan. Hujan selalu menumbuhkan benih yang
tenggelam di bawah tanah. Dengan hujan seluruh benih menguncup membusur langit.
Hujan ibarat ilmu yang dimiliki oleh pak Ade
Ma’aruf Wirasanjaya, untuk mengguyur kemarau yang sedang berkepanjangan.
Ilmu yang ditadah kini menebar ke peserta diskusi, semoga bakat yang terpendam
akan menguncup dan lahir sebagai harapan bangsa. Selamat hari jadi KBM, yang
selalu menada Hujan di Bulan Desember satu komunitas, satu buku untuk bangsa.
Yogyakarta, 16 Desember 2015
Sampean
Tidak ada komentar:
Posting Komentar