Senin, 21 Desember 2015

Komunitas Belajar Menulis (KBM) Yogyakarta, Menyambut Hujan Bulan Desember



Komunitas Belajar Menulis (KBM) Yogyakarta
Menyambut Hujan Bulan Desember

Hujan di bulan Desember berlinang dengan kenangan, manakala air mata telah mengering.  Rinai hujan di luar pintu jendela mengucur deras. Sesekali sepasang bola mata mengintip ke luar jendela, jejak langkah terhapus air hujan. Kini, hanya menunggu genangan untuk merapal jalan yang basah. Tapi, izinkan aku mengecup bulan Desember di simpang jalan.
Di bulan Desember 2015, Komunitas Belajar Menulis (KBM) Genap lima tahun menyambut jalan yang basah, titah kehidupan ia rapalkan dengan segenap pengabdian. Membina generasi yang tampak sungsang. Membuka jalan setapak menuju bukit kata, menjajaki kehidupan yang tampak suram. Dalam kata ditemukan kehidupan, dalam rumpun kalimat disemai makna, di dalam buku kehidupan diabadikan. Itulah, titah yang dijalankan KBM membabat belukar kehidupan dengan pena. KBM terlahir di bulan yang basah atau bulan yang penuh kenangan dan genangan. Biarkan tahun mengatup di bulan Desember sebagaimana usiaku (Penulis)  kembali menjajaki di penghujung jalan. Coretanku terlahir dari rahim KBM.
Aku sebagaimana yang lain, ditampung di ceruk KBM mengasah ketajaman pena, menyusun piramida kata, dan melukis bahasa. Setelah itu, diteror galak tawa dan kritikan menohok. Muka tampak merah padam, keringat berkucur deras, debar jantung semakin menggebu, dan senyum tersipu malu adalah ucapan selamat datang di KBM. Lihatlah sang pemula, pasti tampak malu-malu, celingak-celinguk, dan atau tertunduk rapuh membaca lembaran-lembaran kertas di depannya. Tapi, bukan ini yang menjadi kesan utama di KBM. Sebab, Jika Anda lupa bahagia silakan mampir di KBM. KBM adalah tampung air segi empat (lihat novel Pulang, 196-197 ). Di KBM dirayakan galak tawa, bermain-main dengan syair dan membual bersama. Tak heran jika pesertanya hilir mudik, bertahan, dan lupa jalan pulang ke KBM.
Selama kurang lebih setahun di KBM, Ini kali Pertama KBM mengadakan kegiatan di luar rutinitas berjamaah di malam Senin. Tepat pada tanggal 14 Desember 2015, KBM mengadakan diskusi “klinik kepenulisan” yang dibawakan oleh Ade Ma’aruf Wirasanjaya, S.IP., M. A dan Teori Public Speaking” oleh Ratih Herningtyas, S.IP., M.A di markas KBM, Jalan Golo, no. 36A Yogyakarta. Diskusi akan dimulai tepat pada pukul 14.30-17.00 WIB. Namun, tidak berjalan sesuai dengan harapan. Diskusi terus ditunda sampai pada pukul 17.01 WIB dengan alasan pematerinya belum datang. Berdasarkan desas-desus yang berkembang di peserta diskusi “pemateri terlambat karena sedang menguji di kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta”.  Sambil menunggu pemateri Ade Ma’aruf Wiransanjaya dan Ratih Herningtyas, Moderator membuka acara diskusi dengan perkenalan dan pembacaan puisi dari peserta diskusi.
Pembacaan puisi disambut riuh oleh peserta, suara tepuk tangan menderu setiap akhir pembacaan puisi. Muka malu-malu di antara butiran hujan yang jatuh di luar sana, tidak mengurangi desiran suara merdu para pembaca puisi. Rasa malu lekas pergi, buku puisi terus bergulir di antara para peserta. Senandung lirih terus menggema hingga pada akhirnya hampir semua peserta mendapat giliran membaca puisi. Semuanya berjalan sesuai dengan nada gemericik hujan di luar ruangan. Suara adzan Magrib ikut berhembus bersama desiran angin, pembacaan puisi diakhiri. Dengan melanjutkan pelaksanaan salat berjamaah. Sementara, pemateri (Ade Ma’aruf Wirasanjaya) masih dalam perjalanan.
Penantian yang cukup panjang dari pukul 14.00-18.00 beberapa peserta mulai mangkat. Mungkin, di antara yang pulang masih ada rindu yang disematkan pada kekasih atau janji yang tidak bisa diingkari. Gemerlap malam Minggu masih sulit terbendung pada jiwa muda, nada-nada cinta masih menghias di bawah pelupuk mata. Jalan pulang adalah pilihan terbaik untuk beradu dengan malam “memadu kasih”. Tapi, semoga bukan itu yang menjadi alasan pulang. Dari tutur mereka yang pulang karena ada kegiatan malam itu “Minggu”, mereka sedang penggalangan dana, dan memiliki kegiatan penting di tempat lain.
Gemericik butiran hujan terus berpagut dengan malam, Ade Ma’aruf Wirasanjaya telah tiba. Beliau memasuki klinik KBM dengan warna baju merah maron, celana warna hitam dengan menenteng tas laptop di tangan kirinya. Beliau disambut dengan senyuman peserta diskusi, beberapa orang menyalaminya dengan senyum simpul perkenalan. walaupun, kedatangan beliau sangat telat, acara diskusi tidak pindahkan ke hari lain. Sebab, Beliau sedang menada hujan.

Ade Ma’aruf Wirasanjaya Menada Hujan
Pada pukul 18.15 WIB, acara diskusi dimulai oleh saudara moderator Wira Prakasa Nurdia dengan ucapan basmalah “Bismillahirahmanirrahim”. Selanjutkan, moderator memperkenalkan identitas singkat dari pemateri, yang bernama Ade Ma’aruf Wirasanjaya, S.IP., M. A, sebagai pengajar di jurusan Hubungan Internasional Muhammadiyah Yogyakarta. Beliau juga sebagai penulis di berbagai media baik media lokal maupun media nasional. Setelah itu, sang moderator mempersilakan pemateri untuk memaparkan tema diskusi kali itu yakni; “Teknik dan Pola-pola Penulisan Essai, Artikel dan Buku”.
Kesempatan itu disambut baik oleh Pak Ade M. Wirasanjaya. Permohonan maaf tidak lupa disampaikan oleh pak Ade M. Wirasanjaya karena keterlambatannya dan titian permohonan maaf dari ibu Ratih Herningtyas, S.IP., M.A, yang tidak sempat hadir pada kesempatan malam itu. Dan jadwalnya dipindahkan ke hari yang lain.
Tanpa terlalu lama basi-basi beliau langsung menjabarkan materi teknik penulisan yang baik dan persoalan yang dihadapi oleh penulis. Menurut penuturan Pak Ade, seorang penulis harus memiliki 3i (Insight, Information, Imagination). Tanpa kemampuan tersebut kemampuan menulis seseorang akan mengalami kemandekan. Dan kualitas tulisan ditentukan oleh ketiga unsur tersebut. Seseorang penulis harus punya wawasan (Insight) yang luas, yang didukung oleh data (Information), dan di dukung oleh daya imajinasi (imagination) seorang penulis. Imajinasi seorang penulis sangat penting untuk memainkan daya alir sebuah tulisan. Sebuah tulisan yang baik ketika enak dibaca, tata bahasa yang baik serta permainan diksi, yang melenakan pembaca.
Selain itu, seorang penulis dituntut untuk mempersiapkan tiga hal yaitu basic knowlodge atau angel of view (sudut pandang) dalam melihat persoalan atau masalah sosial yang terjadi di sekeliling kita. Sebaiknya, sudut pandang penulis dipengaruhi oleh disiplin  akademiknya (keilmuan). Selanjutnya, penyusunan outline perlu dilakukan untuk mempercepat lahirnya sebuah tulisan dan memberikan gambaran umum untuk mempermudah dalam membuat tulisan. Dan kiranya, tulisan harus mengandung  “rasa” (sense) untuk fokus menjabarkan sebuah tulisan. Sehingga, tulisan tersebut tidak kering, dan dangkal agar tampil impresif dan enak dibaca.
Terlepas dari hal tersebut, ada tiga perkara yang sering dihadapi oleh penulis khususnya pada penulis pemula yaitu; memulai tulisan, mengisi konten tulisan, menutup tulisan. Untuk menghadapi perkara ini pada hakikatnya bisa terjawab ketika didukung dengan penguasaan 3i tersebut. Tetapi, Ketiga perkara tersebut menjadi hal yang paling rutin ditanyakan dalam setiap pelatihan dan diskusi kepenulisan. Pada dasarnya Pak Ade M. Wirasanjaya memaparkan untuk mengatasi persoalan tersebut, mengenai teknik membuka tulisan, mengisi konten tulisan dan menutup sebuah tulisan. Namun, dalam pemaparan dalam tulisan ini kurang memungkinkan karena mempertimbangkan kerugian pembaca. Sebab, pembaca tidak merasa rugi ketika “penulis”menjelaskan secara rigit dalam tulisan ini. Semoga di lain waktu bisa menyempatkan waktunya untuk hadir di diskusi yang lain.

Epigon dan Plagiat
Unsur–unsur di atas merupakan unsur teknis yang memengaruhi sebuah tulisan. Namun, ada hal non-teknis yang tidak kalah penting dalam memengaruhi sebuah tulisan yaitu; pertama, gaya penulisan turut menentukan dalam tulisan karena gaya tulisan mencerminkan karakter penulis. Gaya penulisan menjadi faktor penarik bagi pembaca. Sebab, gaya penulisan menjadi daya tarik tersendiri dan mempengaruhi orisinalitas karya penulisnya misalnya Ignas Kleden, Yudi latief, dan Goenawan Mohammad. Tetapi, bagi penulis pemula disarankan untuk meniru gaya penulisan sesuai dengan penulis yang diidolakan. Model seperti ini  dinamakan epigon menurut Ade M. Wirasanjaya.  Epigon sangat berbeda dengan plagiat karena plagiat meniru atau mengambil isi tulisan tanpa mencantumkan penulisnya. Sementara, epigon adalah meniru gaya penulisan atau model untuk menyampaikan gagasan seorang penulis.
Kedua, komunitas. Sebaiknya seorang penulis mempunyai komunitas untuk mengasah ketajaman penanya seperti di KBM. Komunitas bermanfaat untuk mengapresiasi karya seseorang. Selain itu, komunitas menjadi tempat yang baik untuk mendapatkan pembaca dan memberikan masukan terhadap tulisan yang telah dibuat. Penulisan yang baik harus terbuka terhadap kritikan untuk mengembangkan skill penulisan. Dengan berbagai kritikan dan masukan bagi penulis sekiranya akan mengurangi kegagalan dalam menulis. Tentunya, harus didukung dengan komunitas. Dalam komunitas khususnya di KBM, para penulis akan melakukan otokritik terhadap semua tulisan yang di bawah ke KBM menyangkut pengaruh bahasa lisan ke tulisan, diskusi mengenai isi atau konten tulisan, menjaga stamina, ritme, dan spirit penulis dengan agenda yang rutin. Di KBM para penulis pemula terus didorong mengirim tulisannya di media dan gambaran selera redaksi setiap media.
Bagi penulis, KBM adalah pelipur lara bagi yang berduka dalam penulisan. Sebab, KBM akan senantiasa membimbing para penulis-penulis pemula untuk eksis dengan karyanya. Sebagaimana, pak Ade Ma’aruf Wirasanjaya menjadi pelipur lara bagi peserta diskusi yang menanti beberapa jam. sebab, materi yang disampaikan setara dengan penantian yang panjang itu.
Keterlambatan Ade Ma’aruf Wirasanjaya, yang sedang menada hujan adalah ikhtiar menerima hidayah dan mempersiapkan anugerah dari sang Kuasa. Hujan adalah anugerah dan hidayah tidak bisa ditolak. Tapi, harus disyukuri sebagai nikmat Tuhan. Hujan selalu menumbuhkan benih yang tenggelam di bawah tanah. Dengan hujan seluruh benih menguncup membusur langit. Hujan ibarat ilmu yang dimiliki oleh pak Ade Ma’aruf Wirasanjaya, untuk mengguyur kemarau yang sedang berkepanjangan. Ilmu yang ditadah kini menebar ke peserta diskusi, semoga bakat yang terpendam akan menguncup dan lahir sebagai harapan bangsa. Selamat hari jadi KBM, yang selalu menada Hujan di Bulan Desember satu komunitas, satu buku untuk bangsa.

Yogyakarta, 16 Desember 2015
Sampean




Tidak ada komentar:

Posting Komentar