“Kebutaan” Pemirsa Demokrasi
Wira Prakasa Nurdia
Salah satu
persyaratan masyarakat yang Demokratis adalah pers yang bebas. Pers yang bebas
tanpa adanya suatu mekanisme kontrol dari pemerintah. Prasyaratan tersebut
memungkinkan para pegiat media massa secara lepas dan
leluasa untuk menuliskan dan memilah peristiwa-peristiwa yang terjadi di
tengah-tengah publik. Setiap aktivitas tidak bisa dianggap berkembang dan maju
ketika tidak mengikuti arus informasi.
Sebab itu,
pengamat Demokrasi kenamaan seperti Edmund burke (1729-1797) memasukan media
massa sebagai pilar keempat menambahkan gagasan Montesquieo (1689-1755) yang
terkenal dengan teori Trias Politica. Mereka berdua sepakat menyebutnya dengan
istilah “Wilayah Demokrasi”.
Sayangnya,
fakta yang disajikan oleh media tidak sepenuhnya sama dengan apa yang menjadi
realita di lapangan. Fakta di media massa hanyalah hasil konsep dan
rekonstruksi para awak media di meja redaksi. meskipun mereka bekerja dengan
teknik-teknik yang sudah dipatenkan dalam kode etik media, baca : wartawan,
tetap saja kita tidak bisa sepenuhnya membenarkan apa yang mereka tampilkan.
Salah satu
pemikir yang menyumbangkan gagasan mengenai media kontemporer adalah Noam
Chomsky. Ia mengatakan seperti itu dengan menyitir sebuah percakapan bajak laut
dan armada pasukan laut di zaman abad
pertengahan. Suatu ketika, bajak laut dapat ditangkap oleh armada pasukan laut.
Bajak laut yang tertangkap ngotot tidak mau ditangkap oleh armada. Ini yang dikatakannya
: “mengapa saya yang kecil disebut sebagai perampok, sementara kalian yang
mengambil upeti dalam jumlah besar disebut pahlawan”. Kisah ini adalah
ilustrasi yang bagus untuk melihat bagaiumana peristiwa yang kurang lebih sama
dapat dimaknai secara berbeda.
Pemaparan
chomsky di atas menunjukan bahwasanya media massa dapat dijadikan alat sebagai
perebutan suatu makna, dalam artian Siapa yang dapat membangun citra (image) maka akan mendapat legitimasi
atau simpati oleh publik.
Mc.Luhan, yang menulis buku Understanding
Media: The Extensive of Man, Di dalam kesempatannya menyebutkan bahwa media
massa adalah perpanjangan alat indera kita. Dengan media massa kita memperoleh
informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau
belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan media
massa adalah realitas yang sudah diseleksi
Sebagai contoh
adalah kesuksesan W,Wilson memenangkan pemilihan presiden pada tahun 1916.
Kondisi rakyat Amerika pada waktu itu sangat anti perang dan merasa tidak ada
alasan untuk terlibat dalam perang eropa. Sementara itu wilson memiliki andil
dalam perang tersebut. Wilson akhirnya membentuk komisi propaganda resmi
pemerintah, Crell Commision. Dalam
waktu enam bulan tim ini berhasil mengubah masyarakat anti perang menjadi massa
yang haus perang, dan bernafsu menghancurkan semua yang berbau jerman.
Di Indonesia
mungkin contoh yang paling dominan dan kentara adalah persaingan dua kanal
Televisi Tv One dan Metro tv. Dua media ini sama-sama mengusung tema News dalam
paradigma redaksi nya. Namun kerapkali bersinggungan dalam memaknai suatu
peristiwa. Contohnya pesta demokrasi 5
tahunan yang diselenggarakan juli tahun lalu, Perbedaan ini tak bisa dipisahkan
dari sikap politik para pemilik kedua stasiun televisi. Pemilik MetroTV, Surya
Paloh dikenal sebagai ketua umum Partai NasDem yang mendukung Jokowi- Jusuf
Kalla Sementara pemilik Tv One, Aburizal Bakrie memberikan dukungan kepada
Prabowo. Bahkan ada juga pemilik televisi yang mendukung Prabowo yaitu Harry
Tanoe yang dikenal menguasai tiga televisi RCTI, GlobalTV, dan MNC TV.
Jika prediksi
dan analisis Chomski benar maka setiap hari, bahkan menit dan detik, kita
sedang menyaksikan pertempuran berbagai kepentingan di media massa.
Objektivitas yang diperjuangkan pegiat media massa pada kenyataannya tidak
mudah disepakati. Oleh karenanya, ada baiknya kita merenungkan ucapan Chomsky
bahwa informasi di media hanyalah
rekonstruksi atas suatu realitas di masyarakat. Tentunya sangat tergantung
dengan orang di balik media dan pemangku kepentingan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar