Gadis
Kecil Pencuri Buku
Oleh: Nur Rachmansyah
“Satu
fakta kecil bahwa kalian akan mati, dan berusaha bagaimanapun, tak akan ada
yang hidup selamanya. Maaf sudah membocorkan cerita, saranku ketika saatnya
tiba nanti kalian jangan panik.” Itulah kalimat pertama yang dilontarkan dalam
pembuka film ‘The Book Thief’ (Pencuri Buku).
Awal
film ini dibuka dengan perjalanan kereta api yang membawa sekumpulan penumpang
dan di dalamnya ada seorang wanita yang membawa dua orang anak kecil, seorang
anak laki-laki dan seorang anak perempuan bernama Liesel Meminger. Tetapi di
dalam perjalan anak laki-laki yang dibawa oleh wanita tersebut meninggal dunia.
Hal tersebut kemudian memaksa kereta api untuk berhenti, demi mengubur jasad
anak laki-laki itu. Sesampainya kereta ditujuan, maka wanita itu langsung
mengantarkan anak perempuan yang tersisa kepada sepasang suami-istri untuk
diadopsi.
Film
ini mulai diputar pada bulan November tahun 2013, diadaptasi dari buku terlaris
karya Markus Zusak, kisahnya bercerita tentang gadis Jerman kecil bernama Liesel
Meminger (Sophie Nelisse) yang hidup di masa awal perang dunia ke-II.
Diceritakan bahwa Liesel Meminger dirawat oleh kedua orang tua asuhnya, tuan
dan nyonya Hubermann (Geoffrey Rush dan Emily Watson). Pada awalnya Liesel
merupakan gadis yang tidak bisa membaca dan menulis. Alhasil, ketika sekolah
Liesel menjadi bahan ejekan oleh anak-anak lainnya. Tetapi ada seorang anak
laki-laki yang menyimpan perhatian kepada Liesel untuk menjadi teman dan sahabat.
Anak laki-laki itu bernama Rudy Staniner (Nico Liersch) yang juga tetangga
rumah tempat tinggal Liesel. Dalam cerita, dikisahkan bahwa Rudy merupakan anak
laki-laki yang memiliki bakat menjadi pelari. Rudy juga sangat mengidolakan
pelari kulit hitam asal Amerika Serikat bernama ‘Jesse Owens’. Rudy sering kali
mengajak Liesel untuk berlomba lari bersama, dan semenjak itulah kedekatan
keduanya semakin terjalin.
Hari
demi hari Liesel berusaha keras untuk terus belajar membaca dan menulis. Sampai
ia pun mampu menulis surat untuk ibu kandungnya. Tapi entah, surat Liesel yang
dikirimkan tidak pernah terbalaskan.
Sampai
suatu ketika Nazi di bawah komando sang Fuhrer (Adolf Hitler) melakukan
penangkapan kepada semua Yahudi yang ada di Jerman. Suatu malam rumah keluarga
Hubermann, tempat Liesel tinggal diketuk oleh seorang pemuda yang bernama Refugee
Max (Ben Schnetzer). Max adalah seorang Yahudi yang sedang melarikan diri dari
kejaran Nazi. Kejadian malam itu terlihat oleh Liesel bahwa ternyata orang tua
angkatnya menyimpan seseorang Yahudi di rumah merka. Maka tuan Hubermann
berpesan kepada Liesel untuk tidak memberitahukan kepada siapa pun tentang
keberadaan Max, termasuk jangan sampai memberitahu Rudy.
Di
sinilah awal permasalahan keluarga Hubermann, karena menyembunyikan orang
Yahudi merupakan salah satu hal yang berbahaya. Sampai suatu ketika, Liesel
ditemani oleh Rudy mengantarkan laundry milik ibu angkat Liesel ke rumah Burgermeister (Wali Kota). Dan ketika
memasuki rumah wali kota, Liesel sangat tertarik dengan buku. Istri sang wali
kota menyadari hal tersebut, sehingga istri wali kota mengajak Liesel untuk
melihat-lihat perpustakaan di rumahnya. Liesel dipersilahkan untuk membaca dan
memilih buku apa saja yang dia suka. Hari demi hari pun Liesel sering datang
dan berkunjung ke rumah wali kota. Sampai suatu ketika akhirnya sang wali kota
mengetahui kalau Liesel sering datang dan membaca di perpustakaanya. Setelah
kejadian itu sang wali kota melarang Liesel untuk datang dan membaca lagi di
perpustakaannya.
Hubungan
Liesel dan Max juga semakin hari semakin dekat, dikarenakan Max merupakan teman
belajar Liesel. Karena kekurangan buku untuk belajar, Liesel tidak kekurangan
akal, Ia pun mencuri buku-buku milik wali kota. Sebenarnya Liesel tidak mencuri
buku untuk dimiliki, tetapi ia hanya meminjam, dan setelah dibaca buku tersebut
dikembalikan lagi.
Keberadaan
Max di rumah orang tua Liesel, semakin hari semakin membahayakan, karena
diketahui kabar bahwa pasukan Nazi sering kali memeriksa rumah-rumah penduduk.
Alhasil, suatu malam Max memutuskan untuk pergi dari rumah keluarga Hubermann. Kepergian
Max tersebut telah menyebabkan kesedihan yang mendalam bagi diri Liesel. Saat
yang bersamaan ketika itu pertempuran antara Jerman melawan sekutu sedang
sengit-sengitnya. Hingga membuat Liesel beserta orang tua angkatnya mengungsi.
Dipengungsian semua orang dihinggapi rasa panik yang luar biasa, karena suara
ledakan bom terjadi di mana-mana. Ternyata di sinilah peran Liesel, ketika
semua orang merasa takut dan panik, ia mulai menceritakan kisah-kisah yang
sebelumnya ia dapatkan dari buku yang ia baca. Keberadaan Liesel mampu
memberikan semangat dan motivasi bagi orang-orang dipengungsian. Liesel juga
mampu memberikan inspirasi kepada orang-orang banyak tentang betapa pentingnya
membaca buku.
Tidak
begitu banyak pesan yang diambil dari film ini tetapi dengan menontonnya, kita
akan dipaksa dan dibawa masuk ke masa lalu. Kita akan melihat bagaimana suasana
ketika Jerman masih dalam kekuasaan Nazi. Tokoh Liesel yang diperankan oleh Sophie
Nelisse, cukup mampu memerankan tokoh tersebut dengan sangat baik. Tetapi salah
satu pesan terpenting yang didapat dari tokoh Liesel ialah betapa pentingnya
membaca. Dikisahkan bahwa dalam suasana perang pun Liesel tetap semangat untuk
membaca. Bahkan karena keterbatasan buku, Liesel memiliki keberanian untuk
mencuri buku-buku di rumah wali kota untuk dibaca. Terlepas apabila memiliki
kelebihan dan kekurangan, film ini menurut saya merupakan film yang layak untuk
ditonton. Terutama bagi penyuka film tentang perang dunia ke-II.
Yogyakarta,
25 Januari 2014
Judul Film : The Book Thief
Genre : Drama
Durasi : 02 Jam 10 Menit 59 detik
Sutradara : Brian Percival
Penulis : Michael Petroni
Produksi : 20th Century Fox
Produser : Ken Blacato, Karen Rosenfelt
Pemain : Diperankan
oleh,
Ø Emily
Watson sebagai Ny. Hubermann
Ø Geoffrey
Rush sebagai Hans Hubermann
Ø Sophie
Nelisse sebagai Liesel
Ø Ben
Schnetzer sebagai Refugee Max
Ø Nico
Liersch sebagai Rudy Steiner
Ø Kirsten
Block sebagai Frau Heinrich
Tidak ada komentar:
Posting Komentar