Menyambut Kemenangan
Kedua Obama
Ahmad Sahide
Pada tanggal 6 November kemarin,
tepatnya 7 November untuk waktu Indonesia, barangkali milyaran pasangan mata
seantero dunia tertuju pada Amerika Serikat. Mereka menyaksikan dan ingin
memastikan siapa pilihan rakyat Amerika empat tahun ke depan. Pemimpin negeri
Paman Sam tersebut sekaligus menjadi pemimpin dunia. Bagi yang menyaksikan
detik-detik penghitungan suara (electoral votes), terlepas ia berpihak
pada presiden petahana Barack Obama ataupun Mitt Romney, pasti dijangkiti
ketegangan tingkat tinggi. Hal itu karena ketatnya persaingan kedua kandidat,
bahkan disebut-sebut sebagai persaingan yang terketat selama pesta daur ulang demokrasi negara adi daya
tersebut.
Obama, presiden berkulit hitam
pertama, akhirnya kembali memenangi persaingan menuju Gedung Putih dengan
perolehan 303 suara electoral votes, sedangkan
Romney hanya memperoleh 206 suara electoral votes (Kompas, 8/11/2012). Hari
itu, Selasa 6 November waktu Amerika Serikat, tentu adalah akhir dari masa-masa
ketegangan yang dialami Obama. Obama, setidaknya, bisa merasakan kelegaan
karena tidak dipermalukan oleh Romney, saingan beratnya.
Catatan Untuk Kemenangan Obama
Kemenangan Obama kali ini menghadirkan beberapa catatan politik untuk
kita semua. Pertama, kemenangan Obama kali ini tidak seperti kemenangan yang
diraihnya empat tahun lalu (2008). Pada saat itu, jauh sebelum hari pemungutan
suara, sudah dipastikan bahwa Obama akan memenangi pemilihan presiden AS. Hal
itu karena kehadiran Obama yang dilihat seolah sebagai ‘Ratu Adil” sejagat yang
diutus Tuhan di tanah Amerika. Hal itu terbukti dengan kemenangan telak Obama
yang memperoleh 365 suara electoral votes, sedangkan pesaingnya, John
McCain hanya memperoleh 173 suara electoral votes. Pada saat itu Obama
sangat leluasa (tanpa ketegangan) menari di atas panggung politik negara
adidaya tersebut. Pada saat itu, dunia juga menyambut Obama dengan meriah,
seolah seluruh dunia terkena sindrom ‘Obamamia.’ Obama dilihatnya sebagai
politisi dengan hati Malaikat, tidak bercacat, ma’shum dalam istilah
politik Syi’ah.
Kedua, kemenangan Obama kali ini tidak disambut dan sedominan
sebagaimana yang terjadi pada 2008 lalu. Obama, Demokrat, dan para pendukungnya
masih dihantui ketegangan sampai menit-menit akhir penghitungan suara electoral
votes. Juga, jika dilihat perolehan suara populer votes, Obama
kehilangan hampir 20 juta suara pemilih. Pada tahun 2008, Obama memperoleh
69.498.215 juta suara dan McCain hanya memperoleh 59.897.882 juta suara. Dalam
pemilihan 6 November kali ini, Obama hanya memperoleh 41.897.882 juta suara,
kalah populer dari Mitt Romney yang mengumpulkan 42.620.788 juta suata (Kompas,
8/11/2012).Hal ini menunjukkan bahwa Obama tidak lagi dilihat
sebagai politisi ma’shum, baik
oleh rakyatnya sendiri maupun oleh dunia internasional. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi
Obama dalam mengeksekusi program kerjanya sebab ia akan memimpin dengan
kepercayaan yang mulai tergerus dan juga akan berkelana ke seantero dunia
dengan menemui tatapan mata serta salaman yang diselipkan kecurigaan.
Sambutan yang merosot, krisis kepercayaan, dan kecurigaan hadir dengan
alasan yang logis. Empat tahun memimpin Amerika dan dunia, Obama tidak mampu
memenuhi ekspektasi publik dunia internasional dalam menghadirkan politik
Amerika dengan representasi wajah yang berbeda dari wajah-wajah Amerika
sebelumnya. Amerika, di bawah Obama, memang tidak seagresif serta
sesewenang-wenang dengan Amerika di era George W. Bush, tetapi wajah koloni
masih nampak dari bendera Amerika yang berkibar di seluruh dunia. Obama
nampaknya kesulitan menghapus wajah tersebut. Namun demikian, setidaknya Obama
lebih baik dan dunia lebih tenang daripada Romney. Begitulah suara hati dunia
internasional menyambut kemenangan Obama untuk yang kedua kalinya tersebut.
Catatan ketiga adalah napak tilas jejak Amerika di kawasan Timur
Tengah. Pasca-Perang Dunia (PD) II, politik luar negeri Amerika selalu berjejak
di kawasan kaya minyak tersebut. Bahkan Israel, selama ini, selalu dilihat
sebagai salah satu negara bagian Amerika Serikat yang secara geografis berada
di kawasan Timur Tengah. Di bawah Obama, hubungan AS-Israel berbeda. Beberapa
kali muncul ketegangan. Obama pernah menolak PM Israel Benjamin Netanyahu
bertemu di Gedung Putih. Tamparan keras untuk Israel dan kelompok Yahudi AS
tentunya. Namun, Obama juga tidak mampu ‘mengontrol’ keliaran Israel dalam
urusannya dengan Palestina. Padahal, sambutan dunia, terutama dari dunia Islam,
pada tahun 2008 karena Obama dianggap bisa menyelesaikan konflik Israel-Palestina.
Ekspektasi publik yang tidak mampu dipenuhi Obama.
Pragmatisme politik membuat Obama inkosisten dalam urusan Timur Tengah,
terutama Israel-Palestina. Obama yang semula keras terhadap Israel dan kelompok
Yahudi, berlahan-lahan lunak dan kompromi dengan Israel karena takut kehilangan
jabatannya. Kita tahu bahwa lobi Yahudi dalam Israel Public Affairs Committe
(AIPAC) sangat kuat ‘mencengkeram’ politik Amerika Serikat. Boleh jadi salah
satu faktor kalah populernya Obama dari Romney karena AIPAC bermain karena ia
beberapa kali berani bermain-main dengan Israel, sehingga Obama terancam
kehilangan jabatannya 6 November kemarin.
Kini pragmatisme politik tidak lagi kuat menghantui Obama. Tidak ada
lagi ketakutan kehilangan jabatan untuk 2016 sebab konstitusi sudah melarangnya
untuk maju sebagai calon presiden. Oleh karena itu, mari kita berharap bahwa
masa jabatan Obama yang kedua ini, tanpa ketakutan kehilangan jabatan lagi,
menjadi kekuatan politik Obama menekan Israel utuk tidak selalu bertindak sewenang-wenang
terhadap Palestina. Rekaman politik mencatat bahwa inkosistensi Obama, yang
semula keras kemudian lembut pada Israel, karena ia masih berharap berada di
Gedung Putih sampai 2016 mendatang. Kini pragmatisme itu dapat dihindari oleh
Obama. Semoga ia mempertanggung-jawabkan hadiah Nobel Perdamaian yang telah
diterimanya dengan menyelesaikan konflik Israel-Palestina sebelum meninggalkan
Gedung Putih 2016 nanti. Time will tell!
Ahmad
Sahide
Mahasiswa
Program Doktor
Kajian Timur Tengah
Sekolah Pascasarjana, UGM
Alamat : Jl. Nitipuran no. 313
A, Ngestiharjo, Bantul, Yogyakarta
Nomor kontak: 085292039650
Tidak ada komentar:
Posting Komentar