Selasa, 03 April 2012

SERANGAN PELURU LANGIT

Gemuruh langit kelam meluluhkan suasana sunyi sore itu. Awan-awan hitam berkumpul bagaikan prajurit-prajurit siap perang yang sedang mengatur barisan. Gertakan suara petir laksana suara tegas seorang panglima, pertanda perang sudah siap dipimpin. Mengikuti aba-aba dari panglima, amunisi-amunisi langit mulai dikerahkan. Satu-satu dari makhluk bumi menjadi sasaran, Termasuk aku dan kelompokku yang sedang berlindung di bawah gedung megah berbentuk keong emas.


Kamis 24 Februari 2011, jam 16.00 sore, jauh sebelum penyerangan dari langit itu datang. Kami sudah mulai berkumpul untuk melakukan sebuah perjuangan besar, Agenda regenerasi dari sebuah pergerakan, yang bertempat jauh dari posisi kami sekarang. Jam sudah menunjukkan pukul 19.00, anggota-angaotaku sudah lengkap dan kami siap untuk melakukan perjalanan. Tiba-tiba terdengar suara ribut dari langit dan seketika menjelma menjadi hantu menakutkan. Tidak lama kemudian, peluru langit pun turun seakan menghalangi perjalanan kami.

Terlihat dari raut wajah anggota-anggotaku sudah mulai ragu untuk melanjutkan perjalanan. Mengetahui hal itu, jendral dari kantor pusat menghubungiku. Kkkkkkkrrrrttttt ….. kkkkkrrrrrrttttt …., terasa gerak getar dari Handphoneku.
“Hallo, bagaimana keadaan disana?” Tanya jendralku dengan nada gelisah.
“Kacau Pak ! kami terperangkap dan belum bisa berangkat,” Jawabku.
“Tolong dikondisikan, jangan sampai ada yang seorang pun dari anggota kita yang mengundurkan diri !” pinta jendralku yang sudah mulai khawatir dengan keadaan kami.

Aku bergegas memerintah kelompokku untuk berkumpul. Suasana di luar gedung sudah sangat menakutkan. gerombolan Peluru langit turun dengan sangat deras, sediktit pun tidak menandakan akan berhenti dalam waktu dekat. Waktu terus berjalan dan perjuangan kami terancam batal. Setelah bermusyawaah dengan anggota-anggotaku, kami memutuskan untuk memakai perisai anti peluru langit untuk melindungi tubuh kami dari serangan itu dan siap memulai perjalanan.

Perisai anti peluru langit sudah kami kenakan. Dengan gagah kami menunggangi kendaraan yang sudah tersiapkan dan memulai perjalanan. Berlahan-lahan ditengah perjalanan, perisaiku mulai tidak mampu menahan peluru langit yang dengan brutal menghunjam ke arahku dan anggotaku. Kami seakan-akan berada di tengah-tengah pasukan Raja Abrahah yang sedang dilempari batu panas dari neraka oleh burung-burung ababil, begitulah kira-kira keadaan kami waktu itu.

Satu per satu dari peluru langit itu mulai mengenai kulit lenganku. Dan ketika aku menoleh ke belakang, terlihat pemandangan menakutkan, anggota-angotaku sudah dipenuhi oleh peluru langit di sekujur tubuh mereka. Dari kejauhan aku melihat sebuah rumah sakit kuno dengan teras kecil didepannya, Dengan sigap, aku memerintahkan anggotaku untuk berlindung di sana. Perasaan lemas dan lapar mulai kami rasakan, salah satu dari anggota membuka perbekalan.

“Ayo makan dulu ! kelihatannya kalian sudah sangat lapar,” ucap pasukan yang bertugas membawa perbekalan.
Kami mulai menyantap makanan, lauk hitam berkumis menemani makan malam kami waktu itu. Kuperhatikan pasukanku, mereka sangat lahap, bagaikan tentara padang pasir yang kehabisan bekal dan sudah berhari-hari tidak melihat makanan.

Jam sudah menunjukkan pukul 19.50, itu artinya kami punya satu jam sepuluh menit lagi untuk sampai di tempat tujuan. Tapi peluru langit belum juga berhenti, dia memang sangat berniat menghalangi perjalanan kami. Hal tersebut tidak sedikit pun membuat kami mengangkat bendera putih. setelah mengenakan perisai anti peluru langit, kami kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini lebih mengerikan. Peluru langit mencabik-cabik perisai kami tanpa rasa ampun. Kami bagaikan berada di antara segerombolan pasukan William Wallace yang sedang dihujani busur panah dari tentara-tentara Inggris, ketika memperjuangkan kemerdekaan Skotlandia, Sungguh suasana yang sangat menakutkan..

Dengan kekuatan yang tersisa kami terus melawan hingga akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Pasukan yang sudah duluan sampai, menyambut kedatangan kami dengan perasaan bahagia. Lengkap sudah perjuanganku hari ini, aku jalani dengan senang dan tulus dari hati. Akhirnya regenerasi pergerakan kami pun dapat berjalan dengan lancar. Semuanya hanya kupersembahkan untukmu, untukmu HMI-ku.

WASSALAM
Rezky Novialdi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar