Selasa, 27 September 2011

Ultah Sang Presiden


    Hari kelahiran atau yang populer dengan sebutan hari ulang tahun sudah menjadi bagian dari gaya hidup, terutama di kota-kota besar, yang seolah wajib untuk dirayakan bagi seseorang yang pada hari itu bertepatan dengan hari dan tanggal kelahirannya. Perayaan hari ulang tahun terkadang menggambarkan status sosial bagi seseorang. Semakin tinggi kelas sosial seseorang, maka akan semakin besar, banyak yang tahu dan memberinya ucapan selamat, dan meriah perayaannya. Olehnya itu, hari ulang tahun adalah hari di mana banyak orang yang akan mendo’akan keselamatan bagi seseorang yang berulang tahun.
(--more!)

    Hal yang menarik untuk dicermati ketika yang berulang tahun itu adalah seorang presiden. Ia akan menjadi berita utama dari media-media nasional. Berita yang mengabarkan kepada seluruh pelosok tanah air bahwa sang presiden sedang berulang tahun, memberitakan aktivitas sang presiden pada hari itu. Fenomena itulah yang terjadi dari pemberitaan media ketika Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) berulang tahun yang ke-62, yang jatuh pada hari Jum’at, 9 September 2011, minggu lalu. Pada hari itu akan sangat terasa bagi presiden dalam aktivitasnya. Pengakuannya, Presiden SBY mendapatkan sekitar 900 sms, belum termasuk yang memberinya ucapan selamat secara langsung. Bukan hanya itu, presiden juga mendapatkan kado lukisan yang melukiskan dirinya sebagai “The Wise Man.” Kado lainnya adalah dalam puisi dari Taufik Ismail, sastrawan ternama di Indonesia, dan Sys NS (Kompas, 10/09/2011).

‘Memberi’ keselamatan politik
    Banyaknya ucapan selamat ulang tahun yang berdatangan, dan diliput oleh media, pada hari itu kepada bapak presiden menunjukkan dirinya sebagai figure yang sangat berpengaruh di Indonesia, sebagai orang nomor satu di Indonesia. Bahkan saya pun harus meluangkan waktu untuk menuliskan catatan harian untuk hari ulang tahunnya tersebut. Inilah gambaran pengaruh dan status sosial bapak presiden yang terlihat pada hari ulang tahunnya tersebut.

    Namun demikian, karena SBY adalah seorang presiden, sebagai tokoh sentral politik di Tanah Air, maka ucapan selamat itu dapat bermakna lain. Ia tidak hanya mendo’akan keselamatan presiden, tetapi hari itu adalah momentum politik yang tepat untuk merebut hati sang presiden supaya sang pemberi ucapan selamat ulang tahun diberikan ‘keselamatan’, ‘keberkahan’ politik oleh bapak presiden.  

    Sys NS misalnya, karena ia menuliskan puisi untuk sang presiden, maka ia diliput oleh media, TVONE, secara langsung untuk membacakan puisinya yang ia tulis sebagai kado ulang tahun SBY. Sys NS termasuk salah satu tokoh pendiri Parti Demokrat, partai SBY, namun ia selama ini belum dikenal luas oleh rakyat Indonesia. Tapi karena ia menulis puisi untuk sang presiden, maka ia pun mendapatkan kesempatan untuk dikenal lebih luas secara gratis oleh masyarakat Indonesia. Tentu saja, puisi sebagai bentuk ucapan selamat ulang tahun kepada bapak presiden itu membawa berkah politik bagi Sys NS sebagai seorang praktisi politik. Dan SBY sudah pasti akan terharu dengan sosok Sys NS.
    Oleh karena itu, saya menaruh kecurigaan besar kepada orang-orang yang memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada SBY bahwa mereka sebenarnya tidak sedang memberi dan mendo’akan keselamatan kepada SBY, tetapi mereka sedang berlomba-lomba untuk meminta ‘keselamatan’ dan ‘keberkahan’ politik kepada bapak presiden. Bukankah banyak orang-orang yang bermasalah di negeri ini yang sedang sibuk mencari keselamatan politik? Baik itu pengusaha, politikus, dan lain sebagainya.

    Lukisan yang dipesan oleh Tatang itu misalnya, yang menggambarkan bagaimana seorang pemimpin (SBY) memikirkan rakyatnya ke depan. SBY di dalam lukisan itu, dalam bahasa Kompas, dilukiskan sebagai “The Wise Man”, padahal kita semua tahu, kepemimpinan SBY menuai banyak masalah. SBY tidak sedang memikirkan keselamatan rakyatnya, tetapi sedang sibuk mempertahankan citra politiknya di mata rakyta Indonesia. Banyak kasus-kasus yang tidak mampu diselesaikan secara tuntas oleh SBY, mulai kasus Bank Century, mafia pajak oleh Gayus HP Tambunan, dan yang terhangat adalah kasus korupsi yang melibatkan mantan anak buah SBY, M. Nazaruddin. Lalu dengan semua ini, Tatang, pemesan lukisan itu, ingin menggambarkan SBY sebagai sosok yang bijaksana sebagai seorang pemimpin. Dari mana datangnya logika itu? Entahlah.

    Sayangnya kompas tidak memberitakan identitas dari Tatang, tetapi saya curiga bahwa Tatang sedang mencari ‘keberkahan’ politik dengan lukisan yang dipesannya untuk hari ulang tahun presiden tersebut. Yang saya takutkan adalah ketika presiden tidak menyadari maksud-maksud tersembunyi ucapan selamat yang berdatangan itu, dan terlena dengan semua sanjungan-sanjungan terhadap dirinya. SBY lalu dibutakan dengan realitas yang ada, maka ucapan selamat ulang tahun itu akan menjadi penunjuk arah kesesatan presiden dalam melangkah sebagai pemimpin. Tatang menggambarkan SBY di dalam lukisanya sebagai pemimpin yang bijak, padahal belum tentu demikian. Kalau SBY percaya dengan lukisan itu, maka dia pun akan sesat karena ia banyak masalah. ‘Kalimat’ di dalam lukisan itu mungkin saja tidak tulus. Ia mengandung kepentingan-kepentingan terselubung. Selamat ulang tahun presiden, semoga orang meminta keselamatan politik dengan memberi ucapan selamat ulang tahun tidak menyesatkan Anda untuk melangkah sebagai nahkoda perjalanan bangsa ini!

Ahmad Sahide
Yogyakarta, September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar