Kamis, 14 Juli 2011

SAYAP-SAYAP CINTA ALENIA!

Entah apa yang membuat aku sangat menyukai dan jatuh cinta, akan sosok Alenia. Allahku, betapa irinya aku melihat Alenia, luar biasa dan kalian bak melati yang tumbuh di hutan belantara, putihmu dan harummu menyebar ke angkasa dan bermuara ke langit. Kalian, manusia satu dari seribu yang lahir di zaman yang penuh ketidakpastian, hukum rimba yang menjalar di ruang publik dan budaya saling memakan bangsa sendiri demi kepuasaan nafsu syaitan semata menjadi pemandangan biasa. Kala manusia lain, berlomba meraup uang dengan cara menggunakan segala cara, menjual dan mengkhianati idealisme sendiri. Kalian datang bak Nabi, Dewa, Sufi,  yang selalu siap menyelamatkan tunas-tunas bangsa, tanpa diminta demi merebut hak dan mampu bertanggungjawab atas apa yang seharusnya diperbuat.

Alenia, kalian berhasil menggugah dan mendorong kesadaran sebagian orang yang cinta akan nasib anak-anak pinggiran, anak bangsa tanpa melihat agama dan ras, dan si miskin papa. Kalian mengkritik sekaligus memberikan solusi pada pemerintah, mereka yang mengaku beragama dengan cara yang elegan. Tontonan yang menuntun kesadaran untuk berjalan ke masa depan yang lebih gemilang dan menjadi manusia yang merdeka. Film yang kalian lemparkan ke publik mengandung unsur-unsur pendidikan, kejujuran, toleransi, bagaimana trik memberi kebebasan untuk menentukan bakat sendiri tanpa mengurui, melestarikan budaya setempat yang hampir punah karena ditinggalkan generasinya dan lain sebagainya.  


Kita tentu masih ingat beberapa film Alenia production antara lain : Denias (2006), Garuda di dadaku (2010), Serdadu Kumbang (16 Juni 2011). Film-filmnya mengisahkan tentang keteguhan, keuletan, komitmen pada nuraninya, dan nilai-nilai kejujuran yang menjadi landasan keberhasilan dalam jangka pendek dan panjang anak didik dan sang tanpa tanda jasa. Dari beberapa film yang aku tonton, serdadu kumbang yang sangat menyentuh dan membuat berderai air mataku. Seorang amek (Yudi Miftahudin), bocah bibir sumbing SD kelas V di dusun terpencil Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Karena kecacatannya, ia selalu dihina bahkan tak jarang mendapat perlakuan kasar dari seorang gurunya, begitu pula beberapa temannya. Alasan sang guru adalah mentaati aturan pemerintah atau sesuai sistem yang tertulis.
 
Tokoh Amek, seorang anak yang cerdas, teguh dan kuat dalam menghadapi cemohan, serta jujur “sekali kita berbohong, maka akan diikuti kebohongan selanjutnya”. Di sisi lain, ada tokoh kakek Amek “saya tak bangga kalau cucu saya cerdas di kepala, tetapi tak cerdas di hati”. Kelebihan Amek lainnya adalah seorang joki penunggang kuda yang handal di desanya, dan memiliki mimpi untuk menjadi presenter (pembawa berita) seperti Najwa Shihab. Kesulitan dalam berbicara, sebagimana orang yang normal tak membuat ia minder dan putus asa. Ia terus berjuang dan yakin bahwa mimpinya suatu saat akan jadi kenyataan. Kelemahan Amek terkadang diam, tak mau bicara kalau kemauannya tak dituruti, mungkin itu salah satu sifat seorang anak kecil. 

Kebenaran, keadilan yang Allah anugerahkan ke Amek terbukti dalam dunia nyata. Ia operasi bibir sumbing yang dibiayai oleh Alenia, dan ketika jadi bintang tamu di Kick Andy (MetroTV, Ahad 19 Juni 2011), ia lancar bicaranya meskipun bentuk bibirnya tak sempurna. Maha Besar Allah, yang telah menghujamkan kecerdasan nurani ke pasangan suami-istri (Ale Sihasale dan Nia Zulkarnain), mereka banyak menginspirasi bagaimana kita harus berbagi kebahagiaan terhadap orang yang membutuhkannya. Kepedulian mereka, memperlihatkan wajah-wajah Tuhan dan telah menyempurnakan nama Allah yang keseratus (Muhmammad Zuhri). Allah SWT, belum memberikan anak pada mereka, tapi apa yang dikatakan mereka pada kita. Bahwa anak kami adalah  yatim-piatu,  cacat mental dan fisik, miskin harta, dan mereka yang dibiarkan oleh orangtuanya, pemerintahnya, dan pemuka agamanya dalam mencari hakikat hidup dan kebenaran terseok-seok tanpa cahaya atau petunjuk.
   
Rasanya bahagia dan beruntunglah pasutri (pasangan suami-istri) tersebut, mereka saling mendukung dan peduli dengan hal-hal yang Tuhan mau. Aku, dan beberapa teman berdoa, berharap semoga kita memiliki pasangan hidup yang seperti mereka. Hidupnya diwakafkan untuk Tuhan, kemanusiaan, orang pinggiran. Sayang seribu sayang, saya hanya bisa merenung dan berdoa semoga kebaikan dan perjuangannya diterima Tuhannya (Ale), dan buat Nia semoga makin disayang Allah SWT.
   
Yang menjadi tokoh Amek, dalam kehidupan nyata adalah seorang anak penjual  sup daging sapi di pinggir jalan. Kehidupan keluarganya pas-pasan, dan si Yudi sejak SD kelas I sampai V, selalu mendapat rangking I. Pengalaman baru bagi Yudi bermain film, ia lolos seleksi dari beberapa anak yang di casting. Tetapi ia bermain natural, walau ada beberapa kesalahan yang dilakukan. Nia Zulkarnain, saat mengungkapkan sosok Yudi, tanpa disadari meneteskan air mata dan berucap “Yudi anak luar biasa yang dianugerahkan Allah pada kita”. Ia mendekap, membelai rambutnya dengan tulus, si Yudi pun membalasnya dengan senyum dan memanggil bunda dengan manja berbalut kemesraan.
    
Saat kondisi negeri kacau, bertaburan kemunafikan, berselendang keculasan dan kebohongan di bumi pertiwi kita, Allah masih memberikan nikmat yang tak ternilai dengan apa pun. Mekarnya nurani putih yang beterbangan, mengepakkan sayap cintanya ke ruang gelap, ruang redup. Allah SWT, masih menyelamatkan Indonesia dari murka-Nya, karena ada dua hal : pertama, masih ada beberapa orang yang kukuh menjaga ketentraman dan keutuhan keluarganya. Kedua, ada sebagian orang yang konsisten menjalankan perintah-Nya (beribadah), saya kutip dari kata-kata Cak Nun.

Sekarang mau jalan mana yang akan kita persembahkan untuk-Nya?
                                 
Sri (KBM) 
Yogya,  24 Juni 2011
                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar