Sabtu, 28 Maret 2015

Kongres PAN; Amien Rais dan Masa Depan Partai



Kongres PAN; Amien Rais dan Masa Depan Partai
Ahmad Sahide
            Tidak dapat dimungkiri bahwa partai-partai politik yang bermunculan pascareformasi sangat tergantung dengan kebesaran dan daya magnet dari tokoh pendirinya. Kelahiran Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai salah satu partai yang cukup diperhitungkan dalam kancah politik nasional pascareformasi karena ada sosok Amien Rais, pendiri dan Ketua Umum PAN pertama. Amien Rais dikenal sebagai tokoh reformasi yang mempunyai basis massa yang besar (Muhammadiyah) mengingat Amien Rais pernah diberi amanah sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah.
Oleh karena itu, eksistensi PAN pascareformasi 1998 tidak terlepas dari sosok Amien Rais itu sendiri. Demikian halnya dengan partai-partai politik lainnya yang bermunculan pascareformasi, seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang tidak terlepas dari ketokohan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang sempat mencecap sebagai orang nomor satu di negeri ini. Partai Demokrat (PD) juga sama, ada sosok Susilo Bambang Yudoyono (SBY) di balik kesuksesan partai baru ini untuk menjadi partai penguasa selama dua periode (2004-2014), bahkan menjadi partai pemenang pemilihan umum legislatif pada 2009 lalu. Hal ini menunjukkan demikian pentingnya figur dalam eksistensi suatu partai politik.
Tanpa bermaksud membesar-besarkan, akan tetapi kader PAN dari Sabang sampai Merauke harus mencatat selalu bahwa ada Amien Rais di balik keberlangsungan PAN sampai hari ini. Tidak heran kalau Guru Besar Fisipol UGM ini menjadi salah satu perhatian dalam regenerasi kepemimpinan PAN yang berlangsung di Bali pada tanggal 28 Februari-2 Maret 2015. Namun demikian timbul pertanyaan di banyak kalangan, tepatkah keberadaan mantan Ketua MPR itu dengan mengambil sikap mendukung salah satu kandidat?

Sikap Amien Rais
            Sebagai bagian dari partai, Amien Rais tentu mempunyai hak mengambil sikap, baik mendukung maupun tidak mendukung salah satu kandidat yang berkompetisi. Maka dari itu, sah-sah saja jika tokoh reformasi ini mendukung salah satu kandidat (Zulkifli Hasan) untuk menjadi nahkoda baru partai berlambang matahari terbit itu. Dari awal, Amien Rais terang-terangan memberikan pernyataan publik untuk dukungannya terhadap Zulkifli Hasan dan terkesan ‘membunuh’ calon petahana, Hatta Rajasa. Padahal semua tahu ada sosok Amien Rais di balik terpilihnya Hatta Rajasa secara aklamasi lima tahun lalu. Dan semua juga tahu Amien Rais termasuk tokoh yang mendukung penuh pencalonan Hatta Rajasa sebagai calon wakil presiden 9 Juli 2014 lalu.
            Kini Amien Rais justru hadir dalam kongres IV PAN di Bali untuk ‘membunuh’ orang yang pernah diangkatnya. Sebagaimana Amien mengangkat Soetrisno Bachir sebagai Ketua Umum PAN sepuluh tahun silam dan kemudian ada juga sosok Amien di balik ‘matinya’ karir politik Soetrisno Bachir lima tahun lalu.
            Amien Rais tentu dapat merasionalisasikan untuk membenarkan sikapnya untuk mengambil sikap dalam kongres PAN sejauh ini. Hal itu tidak dapat disalahkan. Tapi juga ketika Hatta Rajasa masih mempunyai keinginan untuk maju lagi kemarin, juga tidak dapat disalahkan karena tidak ada dalam konsitusi yang melarang calon petahana untuk maju lagi (satu periode). Kesalahan Hatta Rajasa mungkin karena tidak mendengarkan seruan Amien Rais. Di sinilah letaknya, sikap dan kehadiran Amien  Rais dalam kongres IV PAN tahun ini terlihat kurang cantik.
            Akan jauh lebih mulia sekiranya mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu menempatkan diri di atas semua golongan dan tidak menempatkan diri berada pada gerbong lain karena hal itu akan mengerdilkan dirinya sebagai tokoh bangsa dan juga tokoh reformasi, meskipun dia mempunyai kecenderungan terhadap salah satu kandidat yang bersaing. Selanjutnya, juga akan lebih baik seandainya seruannya untuk kepemimpinan PAN satu periode itu digodok dalam pembahasan AD/ART yang berlangsung di Bali 28 Februari-2 Maret bulan ini.
            Dengan demikian, Amien Rais dapat menjaga dirinya sebagai tokoh PAN dan tokoh bangsa. Keberadaan pengaruhnya di PAN bukan karena ia hadir dalam setiap ajang pemilihan nahkoda baru dan juga tergantung dengan kemenangan dari kandidat yang dia dukung, tetapi ia hadir menjadi ruh dan inspirasi PAN ke depan, siapa pun itu nahkodanya. Amien menanamkan nilai-nilai, aturan main, dan keteladanan dalam berpolitik. Itu tentu yang dinanti dari sosok Amien Rais sebagai tokoh yang menjadi panutan banyak orang. Semoga saja kongres ke-IV PAN kali ini menjadi ajang kebangkitan partai dan bukan momentum lahirnya perpecahan internal sebagaimana yang menjangkiti beberapa partai saat ini.
Ahmad Sahide
Kandidat Doktor Sekolah Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada
Dan Pegiat Komunitas Belajar Menulis (KBM) Yogyakarta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar