Air
Mata Jeritan
Ofadhani
Afwan
Matahari terbit kembali
Jiwa-jiwa mulai keluar dari ruang jiwa
Bumi bergetar layaknya pasir dalam tabuhan genderang
perang
Langkah demi langkah
Nafas demi nafas
Membuat kematian demi kematian sia-sia
Berhentilah sebelum selamanya
Nasi-nasi kecil pun mulai bergetar
Dibasahi darah rampasan dan air mata jeritan
Kiamat bagi orang kecil dimulai dengan ledakan
besar janji-janji bagai matahari yang datang dari barat
Bukan Dajjal bermata dua dengan satu yang buta
Tapi bangsawan berlidah busuk yang bercabang
Bukan Ya’juj-Ma’juj tapi hanya seorang rentenir
Bukan gempa namun gempar karena kenaikan BBM
Bukan asap tapi limbah pabrik
Bukan Isa yang turun tapi uang sumbangan
Bukan dabbah tapi air mata sapi yang diqurban
Dan hanya waktu, pemerintah, dan koruptorlah
yang menetukan
Yogyakarta, 16 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar