Pesan Dari Teheran
Ahmad Sahide
Barangkali
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dan Menteri Luar Negerinya (Menlu)
Hillary Clinton beserta jajarannya di Gedung Putih adalah orang yang tidak bisa
tidur dengan nyanyak menjelang dan pada saat berlangsunnya Konferensi Tingkat
Tinggi (KTT) Gerakan Nonblok (GNB), yang beranggotakan 120 negara berkembang,
yang berlangsung pada tanggal 30-31 Agustus 2012 kemarin.
Berkumpulnya lebih dari seratus
pemimpin negara di dunia ini menggelisahkan Obama karena ibu kota Teheran
menjadi tuan rumah. Para pemimpin dunia berkumpul untuk membahas isu dan agenda
politik global di negara yang sejak tahun 1979, sejak revolusi Islam Iran
meledak, menjadi musuh bebuyutan para penghuni Gedung Putih. Bahkan AS tidak
henti-hentinya melakukan berbagai macam cara untuk mengisolasi Iran dari
pergaulan internasional, baik itu dengan mendorong negara-negara lain untuk
mengembargo ekonomi Iran maupun dengan mengangkat isu-isu yang memojokkan Iran
(isu Hak Asasi Manusia dan lain sebagainya). Kini, di tengah kegencaran upaya
Gedung Putih mengisolasi Iran, justru para pemimpin dunia berkumpul di Teheran
membahas isu dan agenda politik global. Apa pesan yang tersampaikan dari
momentum ini untuk dunia dan penghuni Gedung Putih?
Pesan dari KTT GNB
Forum ini yang dihadiri oleh 120
negara anggota dan 17 negara pengamat serta 10 organisasi pengamat (Kompas,
30/08/12) memang tidak bisa dipandang sebelah mata oleh penghuni Gedung Putih,
terutama Obama, karena lebih dari separuh kekuatan politik dunia berkumpul,
salah satunya China yang hadir sebagai negara pengamat. Lebih dari itu, salah
satu wacana yang berkembang dari forum ini adalah penguatan GNB dalam kancah
politik global serta reformasi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK
PBB). Hal ini diakui oleh Menlu RI Marty Natalegawa bahwa ada wacana yang
berkembang untuk mengubah tatanan dunia (Kompas, 30/08/12). Jika tatanan
dunia dirubah, yang diamini oleh 120 negara di dunia, itu artinya mengusik
kekuasaan dan dominasi Amerika Serikat sebagai negara superpower. Inilah isi
pesan pertama yang menggelisahkan Obama, Hillary Clinton, dari forum KTT GNB di
Teheran tahun ini.
Pesan kedua yang mengusik Obama dari
Teheran adalah forum ini tentu dimanfaatkan dengan baik oleh pihak Teheran
untuk menggugat kesewenang-wenangan Gedung Putih terhadap Teheran. Pihak
Teheran mendapatkan tempat, diperkuat dengan posisinya sebagai tuan rumah,
untuk mempengaruhi mindset para pemimpin yang berkumpul untuk melawan
dan menggugat logika-logika yang dibangun oleh AS selama ini dalam mengisolasi
Iran. Keseriusan Iran dalam memanfaatkan momentum ini terlihat dengan turunnya
sang Imam yang ma’shum (tak bercacat), Ayatollah Ali Khamenei, berpidato
melawan hegemoni AS.
Ayatollah Ali Khamenei dalam
pidatonya mengecam AS dengan isu hak asasi manusianya dimana kepentingan Barat
mengekor padanya dan bicara demokrasi untuk mengintervensi negara-negara
berkembang (Kompas, 01/09/12) seperti yang nampak jelas di negara-negara
kawasan Timur Tengah saat ini. Apabila Iran berhasil memanfaatkan momentum ini
dengan baik, maka uang yang digelontorkan oleh pihak Gedung Putih selama ini
untuk mengisolasi Iran dari pergaulan dunia sepertinya akan terbuang sia-sia.
Pesan itu terbaca dengan sangat jelas di mata Obama dan koleganya tentunya.
Dan bukannya mengisolasi Iran, justru Amerika yang memiliki kemungkinan untuk
diisolasi. Iran semakin tidak tergoyahkan posisi politiknya, dan pada saat yang
bersamaan muncul wacana mengubah tatanan dunia yang kini mulai menjadi
kesadaran bersama, setidaknya 120 negara anggota Gerakan Nonblok, bahwa tatanan
dunia yang lama sudah tidak representatif lagi, bahkan melanggengkan
ketidakadilan dan kesewenang-wenangan Barat, terutama Amerika Serikat.
Pembahasan itu hadir dalam forum di mana Amerika tidak hadir di dalamnya,
walaupun hanya sebagai negara pengamat, sebaliknya China yang menjadi rival
kuat Amerika hadir sebagai negara pengamat.
Inilah pesan dari Teheran yang mengganggu tidur nyenyak Obama di dalam
Gedung Putih yang disakralkan itu. Tempat yang konon hanya diperuntukkan bagi
orang-orang yang ‘dipilih oleh Tuhan’. Bukankah demokrasi Barat mengamini bahwa
suara rakyat adalah suara Tuhan?
Ahmad Sahide
Mahasiswa Program Doktor
Kajian Timur Tengah
Sekolah Pascasarjana UGM
Yogyakarta, 1 September 2012
Alamat : Jl. Nitipuran no. 313
A, Ngestiharjo, Bantul, Yogyakarta
Email : ahmadsahide@yahoo.com
Nomor kontak: 085292039650
Tidak ada komentar:
Posting Komentar