Sabtu, 29 September 2012

Pesan Dari Teheran

Pesan Dari Teheran
Ahmad Sahide
            Barangkali Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dan Menteri Luar Negerinya (Menlu) Hillary Clinton beserta jajarannya di Gedung Putih adalah orang yang tidak bisa tidur dengan nyanyak menjelang dan pada saat berlangsunnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Nonblok (GNB), yang beranggotakan 120 negara berkembang, yang berlangsung pada tanggal 30-31 Agustus 2012 kemarin. 

            Berkumpulnya lebih dari seratus pemimpin negara di dunia ini menggelisahkan Obama karena ibu kota Teheran menjadi tuan rumah. Para pemimpin dunia berkumpul untuk membahas isu dan agenda politik global di negara yang sejak tahun 1979, sejak revolusi Islam Iran meledak, menjadi musuh bebuyutan para penghuni Gedung Putih. Bahkan AS tidak henti-hentinya melakukan berbagai macam cara untuk mengisolasi Iran dari pergaulan internasional, baik itu dengan mendorong negara-negara lain untuk mengembargo ekonomi Iran maupun dengan mengangkat isu-isu yang memojokkan Iran (isu Hak Asasi Manusia dan lain sebagainya). Kini, di tengah kegencaran upaya Gedung Putih mengisolasi Iran, justru para pemimpin dunia berkumpul di Teheran membahas isu dan agenda politik global. Apa pesan yang tersampaikan dari momentum ini untuk dunia dan penghuni Gedung Putih?

Pesan dari KTT GNB

            Forum ini yang dihadiri oleh 120 negara anggota dan 17 negara pengamat serta 10 organisasi pengamat (Kompas, 30/08/12) memang tidak bisa dipandang sebelah mata oleh penghuni Gedung Putih, terutama Obama, karena lebih dari separuh kekuatan politik dunia berkumpul, salah satunya China yang hadir sebagai negara pengamat. Lebih dari itu, salah satu wacana yang berkembang dari forum ini adalah penguatan GNB dalam kancah politik global serta reformasi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB). Hal ini diakui oleh Menlu RI Marty Natalegawa bahwa ada wacana yang berkembang untuk mengubah tatanan dunia (Kompas, 30/08/12). Jika tatanan dunia dirubah, yang diamini oleh 120 negara di dunia, itu artinya mengusik kekuasaan dan dominasi Amerika Serikat sebagai negara superpower. Inilah isi pesan pertama yang menggelisahkan Obama, Hillary Clinton, dari forum KTT GNB di Teheran tahun ini. 

            Pesan kedua yang mengusik Obama dari Teheran adalah forum ini tentu dimanfaatkan dengan baik oleh pihak Teheran untuk menggugat kesewenang-wenangan Gedung Putih terhadap Teheran. Pihak Teheran mendapatkan tempat, diperkuat dengan posisinya sebagai tuan rumah, untuk mempengaruhi mindset para pemimpin yang berkumpul untuk melawan dan menggugat logika-logika yang dibangun oleh AS selama ini dalam mengisolasi Iran. Keseriusan Iran dalam memanfaatkan momentum ini terlihat dengan turunnya sang Imam yang ma’shum (tak bercacat), Ayatollah Ali Khamenei, berpidato melawan hegemoni AS. 

            Ayatollah Ali Khamenei dalam pidatonya mengecam AS dengan isu hak asasi manusianya dimana kepentingan Barat mengekor padanya dan bicara demokrasi untuk mengintervensi negara-negara berkembang (Kompas, 01/09/12) seperti yang nampak jelas di negara-negara kawasan Timur Tengah saat ini. Apabila Iran berhasil memanfaatkan momentum ini dengan baik, maka uang yang digelontorkan oleh pihak Gedung Putih selama ini untuk mengisolasi Iran dari pergaulan dunia sepertinya akan terbuang sia-sia. 

Pesan itu terbaca dengan sangat jelas di mata Obama dan koleganya tentunya. Dan bukannya mengisolasi Iran, justru Amerika yang memiliki kemungkinan untuk diisolasi. Iran semakin tidak tergoyahkan posisi politiknya, dan pada saat yang bersamaan muncul wacana mengubah tatanan dunia yang kini mulai menjadi kesadaran bersama, setidaknya 120 negara anggota Gerakan Nonblok, bahwa tatanan dunia yang lama sudah tidak representatif lagi, bahkan melanggengkan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan Barat, terutama Amerika Serikat. Pembahasan itu hadir dalam forum di mana Amerika tidak hadir di dalamnya, walaupun hanya sebagai negara pengamat, sebaliknya China yang menjadi rival kuat Amerika hadir sebagai negara pengamat. 

Inilah pesan dari Teheran yang mengganggu tidur nyenyak Obama di dalam Gedung Putih yang disakralkan itu. Tempat yang konon hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang ‘dipilih oleh Tuhan’. Bukankah demokrasi Barat mengamini bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan?
Ahmad Sahide
Mahasiswa Program Doktor
Kajian Timur Tengah
Sekolah Pascasarjana UGM
Yogyakarta, 1 September 2012
Alamat                        : Jl. Nitipuran no. 313 A, Ngestiharjo, Bantul, Yogyakarta
Email               : ahmadsahide@yahoo.com
Nomor kontak: 085292039650

Tidak ada komentar:

Posting Komentar