Persahabatan di antara dua tokoh, yakni Old Shatterhand dan Winnetou dalam novel legendaris Winnetou karya Karl May membuat saya terenyuh. Betapa tidak, dalam novel ini, persahabatan mencakup banyak hal. Ada cinta, keikhlasan, pengorbanan, bahagia, dan tangis sekaligus. Selain itu, sahabat ternyata melampaui identitas. Persahabatan yang dideskripsikan oleh Karl May dengan sangat memikat ini, membuat kita tahu apa itu sahabat melebihi arti sahabat yang kita kenal selama ini. Terenyuh, karena dalam novel ini pengorbanan adalah hal yang paling ditonjolkan. ‘Pengorbanan’ seolah-olah adalah kata yang tidak bisa dipisahkan dari kata ‘sahabat’. Ibarat dua sisi mata uang yang sama, ia adalah dua kata yang saling melengkapi.
Dalam novel yang menginspirasi Albert Einstein dan Hitler ini, diceritakan pengorbanan antara dua sahabat, yakni Old Shatterhand dan Winnetou (kepala suku Apache). Pengorbanan dalam segala hal, harta, jiwa dan raga. Mereka berdua rela melakukan apa pun, walaupun tantangannya besar, nyawa sekalipun taruhannya, asal kecintaan mereka terhadap sahabat tetap mengabadi hingga waktu berhenti berputar. Di bumbui dengan rasa bahagia dan tangis sekaligus, mereka berdua tetap bertahan dengan persahabatan mereka. Mereka berdua tidak memedulikan segala tantangan yang ingin “mengganggu” persahabatan mereka, seperti fitnah, perbedaan budaya, dan lain sebagainya. Di sini, luar biasa arti dari seorang sahabat, karena kaitannya dengan kata ‘pengorbanan’ tersebut.
Pengorbanan itu penting, tentunya di sini dalam konteks persahabatan,
Pengorbanan itu penting, tentunya di sini dalam konteks persahabatan,
karena dari pengorbanan bisa dicari arti sahabat bagi kita. Arti sahabat yang selama ini tereduksi, berteman kalau hanya ada kepentingan, tidak ada nilai-nilai substansial dari sebuah persahabatan yang sejati, bisa kita permak ulang. Dari sini kita bisa berefleksi terkait dengan hal ini, yakni berteman dan berkorban sekaligus, di mana seperti dijelaskan di atas, pengorbanan selalu identik dengan pertemanan. Tidak bisa disebut berteman tanpa adanya pengorbanan. Dengan kata lain, esensi dari berteman adalah berkorban. Berkorban dalam segala hal, jiwa dan raga. Berkorban bukan karena ada motif pribadi, bukan kerena kepentingan, tetapi berkorban yang dipenuhi rasa ikhlas yang muncul dari lubuk hati yang dalam. Pengorbanan yang dibumbui rasa cinta sekaligus. Keikhlasan dan cinta sekaligus adalah hal yang menjadi bagian dari pengorbanan. Semuanya tak terpisahkan.
Dalam novel karya sastrawan besar Jerman ini, juga diulas bagaimana persahabatan itu tidak mengenal yang namanya sekat identitas. Tokoh dalam novel ini, yakni Old Shatterhand dan Winnetou berasal dari dua ras yang berbeda. Old Shatterhand seorang yang berkulit putih, berasal dari Eropa, dan Winnetou berasal dari kulit berwarna yang berasal dari suku Indian, Apache. Di sini, identitas tidaklah menjadi penghalang bagi mereka berdua dalam proses pertemanan. Persahabatan dua tokoh ini, bisa menjadi bahan renungan bagi kita di tengah-tengah budaya primordialisme yang merebak belakangan ini. Kata-kata misalnya, ”kitalah yang paling unggul dibanding yang di luar kita”, harus kita buang jauh-jauh dari kehidupan kita
Akhirnya, mari kita bangun persahabatan yang penuh dengan pengorbanan dan tidak mengenal identitas!!
Darwin
Yogyakarta, 10 April 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar