Minggu, 06 Februari 2011

30 Januari 2011. Komunitas Belajar Menulis


“Pengharapan”
By Satris

Kau tersenyum seakan senyumanmu adalah yang terakhir
Kutahu itu adalah senyuman yang kamu paksakan
Kau tertawa namun hatimu menangis
Seakan tangismu menjadi simbol luapan hati

Kau terus bertanya dalamkalbumu
Setiap butir darahmu mengalir aliran harapan
Kemana harus melangkah

Setiap hembusan nafas
Setiap butiran darah
Setiap detak jantung
Setiap putaran waktu
Menjadi simbol pengharapanmu

Kau tergarkan hatimu
Kautata hidupmu
Kaumantapkan langkahmu
Kemudian kaucoba menghapus memorimu
Dalam hati kau bertanya
Apa salah diriku

Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011



DI BALIK KETERBATASANKU
By Aldy

Aku hanyalah tetesan embun
Mana mungkin aku menandingi hujan

Aku hanyalah sinar bulan
Tak pernah terniat bagiku untuk menandingi matahari

Tapi,
inilah  aku si tetesan embun
Aku bisa menggantikan hujan
Saat dirimu membutuhkan kesejukan

akulah si sinar bulan,
Aku bisa menggantikan matahari
Saat dirimu tersesat dalam gemerlap malam

Di balik keterbatasanku
Dengan segenggam cinta
Aku hadir membawa beribu harapan

Dengan segengam rindu
Aku hadir membawa ketulusan
Terimalah aku!
Dengan kelebihan, beserta kelemahanku

RISKY NOVIALDY   30 Januari 2011
Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011


EMOSI
By Arkhi

Terkadang lelah mengurai makna
Menepikan cinta dalam samudra angkaramurka
Ingin kucoba merapal mantra surga, bagaimalaikat yang sempurna dengansayap – sayap dinginnya
Semula kucengkram cinta ini dengan sepuluh jari
Yang dinginnya bisa membekukan hatinya
Tapi tangaku ini terbakar angkaramurkaku sendiri
Sedihku melihat cinta ini beguguranbagai bunga sakura yang indah
Kadang semua hanya angan yang taktercapai
Idealis mencinta yang menuai nuansa mendung
Bagai ruh yang tertidur dengan raga yang hidup
Ingin kumemulai kembali perjalanan cintaku
Tapi emosiku selalu mengakar dalam arteleri hatiku
Terkadang kuberharap balok-balok es cinta mencairkan emosiku

Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011


Harimau-harimau Surga
Arkie Aninditya

Belantara itu sunyi tak berkehidupan
Seluruh tanah penuh bercak darah
Merah pekat
Seluruh ruh menyesali ruhnya yang telah terenggut oleh si kumis jarang
Nyawanya pun habis ditelan mulut berkumis jarang
Yang melawan bukan lagi si baik
Karena si baik tak kuasa dengan takdir Tuhan yang diberikannya
Si kumis jarang panggilan akrab Tuhan padanya
Dengan sosok harimau tangguh dari kekelaman
Melahap habis kebaikan dari Tuhan untuk mengisi perut yang menganga
Cakar sangat kuat untuk mencakar sebuah kereligiusan
Taringnya tajam mengoyak logika
Seisi hutan seolah menunggu syair merdu Tuhan  untuk menenggelamkan kebuasannya
Tak lama kemudian ia menunduk kesakitan pilu
Si kumis jarang meraung geram seolah ingin mencabik isi hatinya
Namun tak bisa dan tak mungkin
Karena hati itu ruh yang tak bisa tersentuh oleh cakar nyatanya
Harimau kelam pun bersujud di kakinya dan tangan bertekuk lutut
Meski penuh darah dan koyakakan kulit religius menempel di cakar tajamnya
Tak lama Tuhan memanggil,
‘Hai kumis jarang tak lelahkah engkau memakan kerakusan dunia
ataukah kurang kau mengawini nafsu matamu dan kemaluanmu itu
gelarmu pun menggelegar
 semua hewan bahkan manusia yang agung memberimu gelar harimau Tuhan yang hitam,
‘kalaupun belantara kemunafikan dunia ini kurang maka akan Kuberikan surga padamu
kalaupun kau tak puas Kuberikan neraka seisinya
 agar kau puas melaknat mereka
yang jahat
aturlah semaumu bahkan aturlah seisi bumi dan langit
bahkan aturlah Aku dengan rapalan doa – doa yang kau aumkan itu
semaumu kalau kau mau harimau’
Harimau pun meneteskan air mata karena melunaknya ego, hati, serta mental
Ego, hati, serta mental yang terbuat dari api neraka yang menggoda
Membara tak padam
Sadar harimau adalah tetap harimau makhluk-Nya yang buas
Takdirnya hanyalah untuk bertasbih
Memuja-Nya
Seharusnya sang harimau memanfaatkan hidupnya untuk kebaikan semesta alam
Maka ia pun memohon ampun kepada Tuhannya
Dan berkata,
‘Ya Rabb-ku yang suci, hambamu ini telah melakukan banyak dosa
Ya Rabb hamba-Mu ini ingin selalu sujud dan haus belaian-Mu
Ya Rabb hamba-Mu ini paham Engkau ini sayang pada makhluk-Mu ini
Tak ada yang mampu memberi maaf, dan memberi arti melebihi luas samudra
Selain Engkau yang Ya Rabb
Ya Rabb apakah ketika Engkau memaafkanku? apakah mereka yang telah mati akibat  kedzalimanku memaafkanku?
Maka sang Tuhan menjawab,
‘Yang mati itu tau AKU TUHAN
Kata maaf dari yang telah mati kau dzalimi itu pasti terucap dengan ikhlas
Karena mereka telah mengerti arti maaf itu tak terukur dan tak bisa diukur
Dan memaknai kata ikhlas itu tulus dan tak bertepi
Kaki kiri dan kananku ini beralaskan neraka dan surga
Yang mati matanya tak kunjung menangis ketika melihat alas kakiku ini
Seolah mememakanai kehidupan setelah hidup
Perjalanan mereka yang hidup itu adalah urat nadi amalan
Dan Akulah jantung kehidupan’

Selaksa surutnya ombak besar yang menghantam karang
Tertatih kaki – kaki berkuku tajam berjalan menapakan diri seolah hina
Kepala sang harimau tersandar pada sebuah pohon sakura
Bunganya bersemi dan daunnya pun gugur berjatuhan
Melogikakan sebuah keindahan dengan kesakitan
Tertidurlah sang harimau hitam Tuhan dengan kemunafikan
Tatkala itu ia bermimpi
Berjalan di tengah hutan yang rimbun, tak lama kemudian
Ia bertemu dengan kelinci yang terpojok dan tak bisa berlari karena kaget
Sang harimau itu telah singgah di belakang
Sontak si kelinci berkata ‘jangan makan aku wahai harimau’.
Harimau pun berkata,
‘Tidak kebetulan aku hanya singgah melihat keindahanmu
Tak lagi aku bernafsu untuk makan karena kau mempunyai nyawa dari-Nya
Perutku tak akan memakan engkau
Karena aku makhluk ciptaan TUHAN dan engkau juga makhluk ciptaan TUHAN
Tak ada makna ketika aku harus memakanmu kelinci
Ada nafsu maka tak ada Tuhan
Ada lapar maka ada Tuhan
TUHAN tak akan membuat makhluknya sakit, bahkan mati sia – sia
Ketika makhluk itu mengundang-Nya untuk bertamu dalam hati
Yang ada rasa sayang, dan iba dari TUHANku
Maka tak akan lapar lagi aku
Dan tak akan pernah lapar lagi
Lalu engkau akan makan apa semua di dunia ini
Tak lapar maka tak makan
Tak makan maka tak pernah lapar’

Tak sadar kelopak mata sang harimau hitam terbangun terkena cahaya matahari
Terkaget sang harimau bangun, bukan lagi pohon sakura sandarannya
Melainkan beton yang menjulang
Mata sang harimau kaget melihat badannya berubah, menjadi sosok manusia
 Dengan sepucuk kertas wangi di tangannya yang menebarkan aroma melati
Bertuliskan
Aku Tuhan
Mimpimu tadi adalah ruh mu yang berjalan yang mencari Aku Sang Tuhan
Aku terharu dengan percakapanmu terhadap kelinci
Hatimu tak lagi hitam
Sudah saatnya engkau kureinkarnasikan menjadi manusia
Agar kau bisa mengurung wujud harimau hitam di dalam hatimu
Dan menebarkan makna hakiki penghuni surga dalam kehidupanmu
Wahai harimau di sini bumi dengan berjuta manusia engkau kutempatkan
Tugasmu adalah menerangi semesta alam dengan agamaKu
ISLAM
Memang berat tugasmu maka kuberi engkau nasehat untuk bekalmu
Sebenar-benar kehidupan adalah kematian
Secinta-cintanya engkau dengan pasanganmu lebih besar cinta Tuhan kepadamu
Setinggi-tinggi tahtamu nanti tak akan sebanding tahta penghuni surga
Janganlah engkau hitung-hitung kebaikanmu karena kebaikan tak akan pernah
Sebanding dengan kebaikan Nabi-nabiKu
Keluarkanlah sifat harimau surga itu dari hatimu untuk nahi mungkar bukan untuk memakan ma’ruf
Kuberi kau gelar harimau surga, ingatlah gelar itu yang akan selalu membebanimu.
Maka menangislah manusia dengan hati harimau...

Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011


 Teh-teh Cinta
By Arkhi

Aroma-aromanya membangkitkan gelembung-gelembung asmara
Terkadang duka wangi tercium dari kepulan asap putihnya
Pahit-pahit nikmat ketika asa-asa itu diaduk bercampur dengan manisnya gula
Tak lihatkah engkau si pemetik daun teh memilah daun
Memanggul beban berat daun teh dalam etos cinta
Ovalnya daun teh melambangkan cinta jika dipadu asmara
Berwarna coklat melambangkan cinta itu tak jernih dan tak putih
Namun suci dengan dikawinkannya daun teh dengan air zam-zam
Memudarkan rasa air zam-zam yang tak berasa
Menjadi berasa nikmat dan syahdu ketika dihirup perlahan
Di tengah hangatnya cinta yang tersaji dalam secangkir teh

Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011


CARA TUHAN MENEGUR KITA
By Mba Sri
 Langit masih terbalut mendung hitam, masih ku jelas bila saatnya datang, badai-angin-topan menghempas, segalanya kapankah akan berakhir, lumpur merenggang, pilunya berimbas sirna, jika mentari panasnya tak lagi menyengat, apakah ini adalah akhir dari tempatku berpijak, tak mungkin terluka, ataupun bisa mati, tapi janganlah pernah menyalahkan hidup, siapkan hati-siapkan jiwa, tak segalanya yang bisa terjadi, gelombang biru menghujang, menyapu bumi, puing-puing tersisa mengiris hati, bila kapankah akan bersinar & berpijar lagi menerangi dunia.” (LAGU TERLUKA : PADI)
Syairnya “PADI” di atas, sangatlah tepat untuk membawa kita bertamasya dan  menjelajah ke alam dengan menggali nilai-nilai kemanusiaan yang telah tercampakkan dan tertindas oleh kita yang mengaku manusia beradab, mengaku generasi yang paham tentang kemajuan teknologi  atau apalah yang berkaitan dengan segudang nilai-nilai kemanusiaan.
Allah SWT pun telah memberikan teguran dengan berbagai kejadian-kejadian yang dahsyat dan penuh keajaiban sekaligus menakutkan, seakan-akan ingin menunjukkan inilah akibat tidak mau mentaati segala hukum-Ku. Imbas dari kesombongan manusia itu sendiri, meskipun di balik keperkasaan-kemurkaan-Nya, namun ada nilai feminisme selalu diberikan pada semua makhluk-Nya (yakni sifat Ar-Rahim bagi yang tak beriman ataupun beriman). Marilah kita pahami dan renungkan hakikat Firman Allah SWT ini “Apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah ia debu yang beterbangan, dan kamu akan menjadi tiga golongan (QS : Al-Waqi’ah :4-7).”
Bencana Indonesia
Indonesia berduka lagi bahkan dunia-pun ikut berduka dengan berbagai kejadian mulai dari pelanggaran HAM, bencana alam karena human error dan bencana alam itu sendiri, serta segala bentuk penjajahan bergaya modern. Kita tentu masih ingat musibah yang melanda negeri kita: mulai banjir, kebakaran, penggusuran, korupsi berjamaah yang dilakukan para penguasa hingga rakyat jelata, pelanggaran HAM, dan pendidikan yang hanya mengedepankan akal/bisnis bagi orang yang tak bermoral/telah mati hati nuraninya, yang lupa akan hakikat pendidikan, yakni perbaikan-perubahan pada sikap moral/akhlaq pendidik maupun yang dididik.
Bencana tahun ini dan sebelumnya, membuat kita sangat prihatin dan mengetuk nilai kemanusiaan dan hati nurani kita. Para pemerhati lingkungan pun berlomba-lomba menyampaikan cara pandang mereka, dalam melihat fenomena yang terjadi serta menganalisis musibah tersebut. Menurut mereka faktor historis, penyebab, konsep, dan solusi mereka jual-belikan pada pemerintah dan rakyat. Sedangkan wong cilik pun tidak kalah dengan cara pandang mereka, sudut pandang yang mungkin bisa dikatakan mendekati kebenaran, ”ini karena ulah kita dengan penebangan hutan yang tidak ramah lingkungan dan tidak memperhatikan kondisi bumi yang sudah tua, gaya hidup yang tidak mengindahkan nilai-nilai setiap ajaran agama dan hidup bebas tanpa batasan tertentu baik norma, kultur-budaya serta  agama, juga para pemimpin mulai dari elit politik/elit organisasi kemasyarakatan dan lain-lain yang telah mengkhianati diri sendiri dan mencabik-cabik rasa keadilan dan kemanusiaan di bumi Tuhan ini”. Hal itulah yang diduga kuat menyebabkan Bumi marah, bumi tidak mau bersahabat dengan kita bahkan bisa dikatakan  sebenarnya telah terjadi kiamat sughra.
Bagi orang yang beriman pasti akan mensikapi hal itu dengan sangat bijak, dengan melakukan dan mengajak mereka berubah. Untuk lebih menyayangi dan bersahabat dengan alam semesta ini baik dengan manusia, hewan, tanaman dan makhluk Tuhan lainnya.
Memang kita sudah merdeka, namun sebenarnya saya dan kita semua masih terkungkung dalam ketidak-merdekaan. Buktinya kebebasan dari hidup aman tidak terjamin, hak untuk hidup layak dan sejahtera hanya kesepakatan yang tersimpan dalam lembaran negara dan Undang-Undang Negara saja. Muhammad Hatta (Bung Hatta) menegaskan untuk kita semua bahwa  ”manusia merdeka adalah ketika dia bisa membongkar cara berpikir yang mempengaruhi seluruh pilihan tindakannya, mencermatinya dan mengambil jarak terhadapnya, maka ia termasuk ke dalam golongan manusia merdeka”.
Bung Hatta merupakan salah satu pahlawan yang memiliki kejernihan dan keikhlasan berkorban dengan memikirkan kaum jelata atau rakyat ” jiwa saya akan gelisah ketika melihat ketidak-adilan, biaya pendidikan yang mahal, usaha kecil bagi kaum kecil dipelintir jadi usaha sekelompok orang kuat, rakyat hidup penuh dalam ketidak-berdayaan dalam lingkaran kemiskinan, hutang luar negeri membumbung tinggi”.  
Barang kali perbuatan-perbuatan itu sebagai salah satu sebab kemurkaan alam ini, dan benar juga kata Ebiet G. Ade ”bumi sedang marah dan sudah bosan dengan manusia, sehingga memuntahkan segala isi perutnya.”Para ahli lingkungan juga berspekulasi ”dalam membuat gedung-gedung atau rumah, tidak memperhatikan kondisi tanah dan lingkungan.” Rakyat Kecil berujar ”para pemimpinya melakukan korupsi, menindas rakyatnya, sehingga Tuhan pun marah. Meraka sudah menzolimi dan tersesat ke jurang kehancuran” Para agamawan ”Harus introspeksi diri, kembali pada ajaran agama kita sesuai dengan keyakinan masing-masing.”
Tidak hanya longsor, banjir, badai yang menerjang, Tetapi segala macam bencana diperlihatkan di depan mata telanjang kita. Anehnya, sudah banyak kejadian mengerikan diperlihatkan di hadapan kita. Namun, kita bersikap acuh, tidak mampu mengambil hikmah dari peristiwa itu. Gegap pesta pora digelar  di mana-mana, misal, rehabilitasi bangunan megah dibangun para pejabat negara tanpa berfikir telah menambah kecemburuan sosial. Sedang di tempat lain banyak rakyat yang merintih kesakitan karena tidak mampu melakukan perubahan hidup yang layak, kelaparan terjadi di beberapa daerah di negeri yang katanya negeri agraris, dan terjangkit bermacam-macam penyakit. Meskipun demikian, kita semua tidak boleh mencari kambing hitam dengan menyatakan, ”perbuatan siapa ini?” Yang perlu dilakukan adalah introspeksi diri, ada kemungkinan kita tidak mensyukuri nikmat Tuhan. Perhatikan firman Allah Swt berikut ini!, ”Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan yang memelihara kedua tempat terbenamnya, maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing, maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?dari keduanya keluar mutiara dan marjan, maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?dan kepunyaan-Nyalah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan laksana gunung-gunung.” (QS Ar-Rahman :17-24)
Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011

DI MANA, DAN MAU KE MANA KITA SEKARANG
Mba Sri
Cucuran keringat terus membasahi lembaran-lembaran pakaian yang kita kenakan. Terik matahari terus menampakkan keangkuhannya, namun di balik semua itu ada kemanfaatan bagi manusia di dunia ini. Dengan panasnya dapat mengeringkan yang basah, di sisi lain dapat dijadikan tenaga energi atau tenaga surya. Namun, yang terjadi adalah diriku dan hampir semua manusia mengeluh “aduh kenapa sih panas sekali, males deh untuk beraktivitas”. Itu akan terucap pada orang yang hatinya kosong, kosong dari bisikan malaikat dan Nur Illahi. Namun, akan beda kala menimpa orang beriman,  yang terlontar dari mulut yang terjaga adalah ucapan “Alhamdulillah, kami masih dapat menikmati dan melihat teriknya matahari yang begitu perkasa dan mengandung misteri yang dapat dijangkau oleh ketajaman nurani manusia dan tidak terjangkau rasio manusia”.
Duka derita, duka laraku di dunia, tidaklah aku sesali. Juga tak akan aku tangisi. Sesakit apa pun yang kurasakan dalam hidupku, semoga tak membuatku kehilangan jernih jiwaku. Andaikan dunia mengusir aku dari buminya, tak akan aku merintih, juga tak akan aku mengemis. Ketidak-adilan yang ditimpakan oleh manusia, bukanlah alasan bagiku untuk membalasnya. Asalkan karena itu, Tuhan menjadi sayang padaku. Segala kehendak-Nya menjadi surga bagi cintaku, bukanlah apa kata manusia yang kuikuti, tetapi pandangan Allah Tuhanku yang kutakuti,  ada tiadaku, semata-mata miliki-Nya jua (diambil dari salah satu lagu Kyai Kanjeng yang dilantunkan oleh Novia Kolopaking).
Bait demi bait lagu di atas, penuh kepasrahan sebagai hamba, keikhlasan akan kehendak-Nya. Tak ada dendam, meskipun disakiti oleh manusia-manusia yang telah ditutup mata hatinya. Sekarang masihka ada manusia yang seperti itu di zaman penuh dengan perbenturan dan konflik di hati untuk mentaati perintah Tuhan atau perintah syaitan?
Tentunya masih ada, orang yang berjiwa bak para Nabi, para sufi, para ulama yang hanya takut pada Allah SWT. Tentunya masih ada, dis etiap generasi akan lahir manusia yang memiliki karakter Muthma’inah dan insan ulil-albab. Di sisi lain pun ada juga manusia yang terjebak pada pintu-pintu menuju kehinaan.
Perjalanan setiap manusia pasti mengalami pasang-surut, kadang taat sekali pada Allah SWT dan baik pada sesama. Suatu saat bisa berbalik arah, menjadi orang yang menentang Allah SWT dan jahat sekali pada mahluk ciptaan-Nya. Oleh sebab itu, lantunkanlah doa agar tetap konsisten dengan  berkumpul dengan orang yang selalu mengingat Allah SWT di mana pun berada, namun jangan lupa tetap berinteraksi dengan mereka yang jauh dari tuntunan Tuhan dengan tujuan berusaha mengajak mereka ke jalan yang lurus. Dan perlu diingat, ketika kita sudah menginfakkan diri untuk agama Allah SWT, harus dipahami adat-istiadat, hal-hal yang disukai dan tak disukai masyarakat tersebut. Dengan tujuan agar kita dapat melakukan strategi dan metode dakwah yang tepat bagi masyakat yang bersangkutan.
Sudah lama kumengarungi hidup dari satu tempat ke tempat yang lain. Keluh-kesah kuhadapi, kebahagian demi kebahagian aku nikmati. Dalam kegundahan terkadang ada pemberontakan pada Allah “kenapa Engkau timpakan nasib dan takdirku seperti ini”? aku merasa Allah SWT tak sayang sama aku, lama sekali aku renungi kejadian demi kejadian. Setelah beberapa bulan bahkan setahun kemudian, baru terjawab “oh ternyata Allah justru sayang sama aku, coba kalau aku mengalami dan mendapatkan yang menurut-Mu tak baik pasti ku hancur dan tak mengenal-Mu”.
Kebiasaan itu sering menimpa kita, ada kemungkinan dan bisa terjadi karena kita tidak memahami ajaran Islam dengan lebih mendalam, yang kita serap samar-samar dan hanya sepenggal dari keterangan para ahlinya dan buku yang kita baca. Lalu selama ini ke mana kita, dikemanakan waktu kita, digunakan untuk apa semua usia kita? Pertanyaan itu terus menggelayuti relung hatiku dan kita semua.
Perjalanan yang kita anggap tak pasti dan tak mampu menentukan arah, membuat si pelaku cemas, gelisah bahkan mengalami titik nadir kejenuhan yang luar biasa. Mereka rela menjadi nafsu bagi hawa nafsu dan mengabdikan dirinya demi mendapatkan kesenangan dunia sementara. Mereka pikir dengan menuruti segala khayalan, angan-angan syaitan akan membawa mereka ke lembah kebahagian. Mereka terus bermain dalam lembaran kenistaan dan kehinaan. Melihat hal itu rasa sedih timbul dalam jiwa ini, namun kadang kita, termasuk diriku tak mampu mencegahnya. Kita hanya bisa melihat, marah pada diri sendiri kenapa aku tak mampu berbuat banyak untuk menolong mereka, menyelamatkan mereka, aku hanya mampu berdoa semoga Allah SWT membuka pintu hidayah-Nya. Padahal dalam hadist dianjurkan, jika kita melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tanaganya, jika tak mampu, maka dengan lisannya, dan jika tak mampu maka dengan hatinya dan itulah selemah-lemah iman (HR. Muslim).
Kegagalan dan ketidakbahagiaan dalam  perjalanan  hidup ini, justru membuat kita tak sadar tapi malah makin menuntut sama Allah dan marah sama Allah. Sungguh manusia yang tak tahu diri dan tak bersyukur. Mungkin hatinya sudah mati, untuk melembutkan hati perlu introspeksi diri, bermuhasabah dalam kesendirian tak kala manusia terlelap dalam buaian malam. Melihat dan bagaimana merasakan kesusahan hidup orang-orang yang sedang diuji Allah dalam kemiskinan, sakit secara fisik, kesedihan karena ditinggal orang-orang yang dicintainya, korban kezholiman orang-orang yang tak bertanggungjawab tapi mereka menghadapinya dengan ikhlas dan terus mendekati Allah penuh harap dan cemas untuk mendapatkan ridho-Nya.
Dengan keikhlasan justru akan mendapatkan kedamaian di hati yang tidak bisa diungkapkan dengan apa pun, karena begitu nikmatnya. Bahkan di saat kita sudah lupa atas peristiwa yang menyakitkan tersebut, pada saat itu terkadang datang orang-orang yang menyakiti kita untuk mengakui kesalahannya dan minta maaf. Semoga kita tergolong orang yang senantiasa ikhlas atas segala takdir-Nya. Dan selalu membuka pintu maaf bagi orang-orang yang membuat hati kita terluka, dan tetap komitmen dengan mengamalkan sunah-sunah Rosulullah SAW.
Dusrinah
Alumni FH UMY angkatan 2000-2004
Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011

PEREMPUAN BERSELENDANG
Mba Sri
      
Hampir setiap hari kulewati Pasar Beringharjo Yogyakarta, dan mataku sangat tertarik dengan sekelompok ibu-ibu yang menunggu para pedagang dan orang yang sedang belanja. Ibu-ibu itu menawarkan jasanya dengan membawakan dan menggendong barang hasil belanja mereka untuk diturunkan dan dinaikkan ketempat tujuan. Juga ketika truk yang membawa sayur-sayuran, buah-buahan, dan hasil bumi lainnya tiba baik dari luar kota atau dari Yogya sendiri datang serta dikirim ke tempat lainnya. Dengan kaos lusuh, kain, selendang, dan sandal jepit, serta bakul bamboo merupakan modal “perempuan berselendang”. Sedang masyarakat Yogyakarta, khususnya pedagang di pasar beringharjo menamakan mereka adalah “ibu-ibu gendong”. Mereka berangkat shubuh-sore, jika sepi, biasanya ibu gendong pun mengambil sisa-sisa sayuran, buah-buahan, dan rempah-rempah yang dibuang oleh sipemiliknya yang dianggap tidak layak jual, kemudian mereka memilih yang masih bagus.  Hasil dari itu dijual dan dikonsumsi sendiri.
Pikiranku pun terus bermain dan melayang, sungguh luar biasa mereka. Bayangkan, mereka sebelum berangkat harus  memasak nasi dan lauk, dilanjutkan menyiapkan kebutuhan lainnya untuk anak dan suami. Istirahat sangat kurang, akibatnya badan ringkih, dan kadang berpenyakitan. Bayangkan saja kondisi pasar yang masih kumuh, sampah berserakan, kamar mandi yang kotor dan bau pesing. Setiap hari mereka harus menghirup udara yang tak segar dan penuh polusi. Itulah teman mereka sehari-hari. Kemiskinan-lah yang membuat mereka harus bekerja keras dan mengambil jalan itu demi bertahan hidup, demi melestarikan generasinya. Sampai tak sadar akan kesehatan diri. Makanya, ada sebagian dari perempuan gendong dalam usianya yang masih tergolong muda sekitar 29-45 tahun, punggungnya agak bungkuk, wajahnya kelihatan tua dan hitam. Hal itu terjadi karena setiap hari mereka membawa beban berat dipunggungnya dan terkena panasnya terik matahari. Sedang kebutuhan gizi mereka tidak terpenuhi.
Perempuan itu benar-benar luar biasa. Saat kau  mengandung, melahirkan, merawat anak-pun kau mampu bekerja di luar rumah demi mempertahankan hidup. Sungguh miris melihat realita kehidupan mereka, namun lagi-lagi kuterbentur pada beberapa hal, aku ingin sekali membantu mereka untuk merubah jalan hidup mereka, tapi apa daya. Sebenarnya sudah ada BMT Beringharjo dan KOPPAS Beringharjo yang membantu mereka untuk modal usaha kecil. Tapi terjadi perbenturan budaya serta kebiasaan buruk masyarakat Indonesia yang tetap dikultuskan, ketika dipinjami uang untuk usaha/jualan, malah dipakai untuk kebutuhan sehari-hari. Ya, jelas saja hanya sehari bisa memenuhi hidup selanjutnya terpuruk lagi hidup keluarga mereka.
Kebiasaan buruk itu kemungkinan dapat sedikit diubah dengan cara: bimbingan, pengawasan dan penyaluran pemasarannya. Kadang kita dapat membina, mendampingi dan menghasilkan tapi kita lupa penyaluran/pemasaran hasil usaha mereka. Akibatnya, barang tertumpuk dan tidak bisa terjual. Implikasinya macetnya pengembalian ke-BMT Beringharjo.
Oya, kembali kepada perempuan gendong. Kadang mereka mendapat upah Rp. 10.000-20.000, tergantung banyak sedikit mereka menggendong.  Aku pernah sedikit berbincang dengan salah satu dari perempuan gendong ”maaf ibu, hal apa yang membuat ibu memilih kerja seperti ini?”, dijawab oleh Ibu itu, “susah nyari kerja, saya hanya lulus SD dan tidak punya keahlian apa-apa, jika hanya suami yang kerja tidak cukup, belum biaya sekolah anak yang tambah mahal”. Ternyata, mereka sebenarnya tidak menginginkan hal tersebut. Saya bersyukur sekali sama Allah SWT dapat menikmati jenjang pendidikan S1 dan hidup dengan kesederhanaan. Sungguh pengorbanan, perjuangan yang tanpa tanding seorang Ibu.
Dalam kelelahan dan penderitaan kau tetap tersenyum, ketika kau tersakiti dan disakiti anak dan suami, ruang maaf kauhamparkan, kehancuran dan keluhuran budi pekerti generasi bangsa ada di tanganmu juga. Dan Islam sangat menghormati kedudukan perempuan di tempat yang sesuai kodratnya, bahkan Nabi Muhammad SAW selalu berkata hormatilah Ibumu sampai 3x, baru ayah 1x. Dan surga pun terletak di kaki ibu, artinya doa dan kemarahan seorang ibu tanpa penghalang. Dan mu’jizat keberhasilan hidup dunia-akhirat seorang anak merupakan restu dan keridhoan Allah SWT yang dipanjatkan seorang Ibu. Namun, terkadang kita sebagai anak lupa akan hal itu, ya Allah..! Semoga perjuangan Ibu kita akan mendapatkan balasan kebahagiaan disis-Mu. Dan, kita akan berusaha menjadi manusia yang selalu menuju jalan Tuhan dan kebaikan.
Permasalahan sosial itu tak semua bisa diatasi, tapi sedikit demi sedikit. Ketika ada kerja sama antara pemerintah setempat, dengan pelatihan-pelatihan, baik mengenai kerajinan, perkebunan, pertanian, industri makanan dan koperasi yang berbasis kerakyatan. Dan satu lagi yang penting kesadaran diri untuk berubah. Sebagaimana tertulis dalam Firman Allah SWT “Nasib suatu kaum tak akan berubah, selama ia tidak mau merubah dirinya sendiri”. Oleh karena itu, perlu usaha dan doa. Dan libatkanlah keberadaan Allah SWT, di mana pun kita berada, agar kedamaian dapat terjaga.

Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011



SERIBU TANYAKU
(8 Juni ’07)
By Mba Sri
Ketika kerapuhan menghimpit nuraniku
Ketika keyakinan pun berkonflik dengan keraguanku
Keraguan akan kebesaran Tuhan-ku
Keraguan yang berujung pada pemberontakan jiwaku

Tuhan, segala perintah dan larangan-Mu
Coba kutaati dengan sepenuh jiwa
Segala penderitaan telah kuabaikan untuk-Mu
Tuhan, tapi kenapa sekarang kau biarkan kuterluka?
Engkau biarkan aku terseok-seok dalam kebimbangan nyata

Ya Allah, segala beban kucoba tepiskan
Segala taqdir-Mu kujalani penuh keikhlasan
Berbaik sangka kutanamkan di relung hati
Demi menggapai Ridho dan mahabbah-Mu ya Illahi

Ya Illahi, segala prasangka terus kukobarkan
Ku coba merekam perbuatanku dalam perenungan
Perenungan tuk mendapati hakikat kehidupan
Sehingga kan terjawab “Untuk apa aku Hidup”?

Ya Allah, kutahu Engkau sedang memainkan peranku
Engkau membiarkanku dalam berbagai persoalan hidup
Apakah kan tenggelam dalam keputusasaan
Ataukah akan berdiri kokoh dalam nuansa cobaan
Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011


DUNIA DILIPUTI KABUT
(Sabtu, 7 Juni ’02)
By Mba Sri

Ketika hatiku gundah-gulana
Jiwa terguncang penuh kebimbangan
Langkahku diselimuti kabut awan
Mata hatiku tertutup gemerlap dunia
Maka Tuhan pun tak tampak mata
Yang ada hanya kesenangan semata

Oh, begitu picik mata hatiku
Begitu kerdil olah pikirku
Begitu licik permainan politikku
Begitu sesat jalan hidupku

Ingin kumelepas jaring-jaring kelam hidupku
Tapi, semakin kulepas, semakin melilit
Semakin kutersadar dari terkeperukan hidupku,
Semakin  kuat jaring-jaring itu mencengkeram nafasku
Ia kejam dan bengis mengoyak hidupku

Tuhan, begitu hinakah diriku?
Begitu kotorkah hidupku
Sehingga lalat pun tak sudi mendekat
Nyamuk pun tak mau menggigit

Oh, perjalanan hidupku yang penuh kenistaan
Yang penuh kebatilan dan kedurjanaan
Ya, Tuhan begitu sombong diriku
Begitu angkuh diriku, dalam mengarungi hidup ini

Tuhan hadirkanlah malaikat-malaikat-Mu
Agarku terpantau
Pantulkanlah cahaya-Mu
Agar aku menjadi penyinar di kesunyian
Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011


TERALI BESI
(Sabtu, 7 Juni ’02)
By Mba Sri

Hati bagai di penjara
Terali besi menyelimuti jiwa
Diri tak dapat berkata
Hanya duka yang melanda

Ya, Tuhan dalam diam kuterluka
Dalam tangis kuberdoa
Dalam kesedihan ada asa
Derita pasti kan sirna

Tuhan, terkadang kubertanya?
Mengapa hidupku dirundung duka lara
Tuhan ingin kudekap kebahagiaan
Ingin kurasakan keadilan

Tuhan, benarkah ini sebuah ujian atau cobaan?
Yang Engkau berikan dalam kehidupan
Tuhan, rasanya kuingin berlari dari kenyataan
Rasanya ku tak sanggup hadapi sendirian

Ya Tuhan, kuingin kedamaian
Damai yang hakiki dan abadi
Yang trus menyelimuti kehidupan
Yang bukan sekedar impian

Tuhan hati ini rindu belaian kasih-sayang-Mu
Rindu kan cahaya-Mu
Tuk membungkam kekerdilan hati
Tuk tumbangkan segala nafsu syaitani
Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011


KUTERSADAR
(Kamis, 5 Desember ’02)
By Mba Sri

Tuhan, ketika kutersadar dalam tidur panjangku
Kucoba mengingat masa silamku
Yang penuh dunia kegelapan
Yang diselimuti kegelisahan

Tuhan, lalu kucoba selami dunia-Mu
Kucoba kuak tirai yang menutup mata hatiku
Kutengadahkan telapak tanganku
Tuk harap ridho dan Rahim-Mu

Tuhan, biarkanlah kuberjalan dengan kaki-Mu
Biarkanlah kubicara di bawah petunjuk-Mu
Biarkanlah hidupku dalam bimbingan-Mu
Hingga kugapai kebenaran yang hakiki
Agar kegelapan dapat kuhempaskan dari jejak hidupku

Tuhan, biarkan tangan-Mu
Mendekap kehidupan suciku
Biarkan langkah-Mu
Senantiasa menyertai garis hidupku

Tuhan, hidup ini kan trasa indah
Jika Ar-Rahman dan Ar-Rahim-Mu
Mengingkari detak jantungku
Membungkus nafas hidupku
Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011


DAMAI YANG HILANG
(1 Januari ’03)
By Mba Sri
Ketika hati nurani bicara
Maka tercipta kedamaian
Ketika emosi dan kekerasan hati yang bicara
Maka dunia dipenuhi kenistaan
Dunia penuh dengan angkara-murka

Oh, kedamaian! Hargamu sangat mahal
Kau tak ternilai dengan apa pun jua
Kau laksana butiran mutiara
Yang indah  bila dikenakan

Tapi manusia telah mencabik-cabiknya
Manusiapun telah merenggutnya
Merenggut dan merampas dengan paksa
Merenggut dan merampas dengan hina

Oh Tuhan, ke mana harus kami cari?                                                                  
Kan arti dan harga damai ini?
Tuhan, rasanya harapan kami sirna
Yang ada hanya puing-puing kehancuran belaka

Tuhan, kami coba tengadahkan tangan kami
Kami tundukkan mata hati dan kepala kami
Tuk mengharap pertolongan-Mu
Tuk mengharap belaian sayang-Mu

Namun belum jua tercipta keadilan
Belum datang jua cahaya kebenaran
Yang hadir hanya penindasan
Yang bicara hanya kebobrokan

Oh negeriku, kini kau menangis pilu
Hatimu pedih tersayat sembilu
Air matamu kering & lesu
Darahmu kini telah membeku
Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011


LANGKAHKU BERSAMAMU SAHABAT
(PIR XX Budi Mulya, Kamis, 3 Des ’02)
By Mba Sri

Selamat tinggal sahabat perjuangan
Relakan kumelangkah jauh
Dalam mencari jati diriku
Biarkan kuberjalan

Dengan tangan-tangan Tuhanku
Yang penuh kebenaran dan kepastian
Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011

GALAU JIWAKU
(Ahad, 8 Juni ’03)
By Mba Sri

Kegalauan hati
Kegundahan hati
Kegelisahan hati
Trus menyelimuti jiwa ini

Dalam menapaki hari-hariku
Yang penuh ketidak-pastian
Yang diliputi kegelisahan
Yang ditemani kesunyian

Cahaya malam trus membungkam
Lolongan anjing begitu seram
Buatku ketakutan
Takut kan  tembang kematian

Oh hati, rasanya telah mati
Hatiku rasanya telah beku
Hatiku rasanya hitam-kelam
Hatiku dibingkai rasa dendam
Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011

REVOLUSI DUNIA ISLAM
(7 Februari ’02)
By Mba Sri

Sesosok Ali Syari’ati telah mengunjang dunia
Ia kibarkan paradigma brilian
Yang mengunjang daratan Eropa
Membuat jiwa mereka ketakutan

Gema revolusi membumbung di angkasa raya
Ia bergerak laksana sambaran petir
Yang siap menghancurkan di hadapannya

Revolusi Iran
Kau telah membangunkan jiwa tak berasa
Membangunkan  jiwa yang tertidur
Jiwa yang penuh keputus-asaan
Jiwa yang harapannya  terkubur
Hilangnya nilai kebenaran & keadilan

Revolusi Iran senantiasa taburkan aroma kebangkitan
Kebangkitan tuk berani rebut kemerdekaan
Merdeka dari keterpurukan hidup
Merdeka dari penindasan para penjajah
Merdeka dari keterbelengguan dunia yang gelap
Merdeka dari kezholiman para pengusa & musuh

Imam Khomeini, Ali Syari’ati, kau gaungkan & kau kumandangkan
Nyanyian revolusi pembebasan
Pembebasan dari hegomoni dunia barat
Kau, elimisir propaganda Barat
Tuk menghapus imperialisme pembungkaman

Kau, tancapkan kembali dustur Islam
Kau tunjukkan kebobrokan Barat
Kaubongkar & patahkan keyakinan kaum orientalis
Kautawarkan Qur’an & Hadist
Dalam hidup berbangsa dan bernegara
Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011


KALA DUKA DATANG
(26 April ’02)
By Mba Sri

Begitu banyak pelajaran hidupku
Begitu banyak kekecewaan yang kurasakan
Namun rasa syukur masih kumiliki dalam hidupku
Kau telah menyelamatkan diriku sahabatku
Dari kehinaan dan kenistaan

Selamat jalan Sahabatku
Semoga perjalananku besertamu
Membawa Rahmat & cahaya-Nya
Yang mampu menerangi dunia

Janji setia terus kutanamkan di hatiku
Tak kan kubiarkan bayang hitam
Mencengkeram hidupku
Kaulah bagian jiwaku
Kaulah penyelamat hidupku dari keterpurukan

Sahabatku...
Kau yang mengenalkanku pada Tuhanku
Kau yang mengajarkan makna mahabbah terhadap sesama
Sahabatku...
Iringan doaku menyertai panggilan sucimu

Selamat berjuang sahabat sejatiku
Teruslah berjuang
Doaku selalu mengiringi jejak langkahmu
Sahabat kan kunanti kau
Direlung hati sanubariku
Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011

KEGELISAHAN HATI
(9 Oktober ’02)
By Mba Sri

Di keremangan malam
Kala malam yang kelam
Hatiku gundah gulana
Hatiku sepi tiada tara
Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011

KUTERTIPU
(Kamis, 4 Desember ’03)
By Mba Sri

Dunia ini sangatlah indah
Dengan berbagai kesenangan yang tersedia
Ia laksana gadis cantik
Siapa memandang pasti tertarik

Oh dunia, karena engkau kuterpesona
Kau telah berhasil memikat hati manusia
Tuk berlayar dalam buaian semumu
Buaian kesenangan dan keindahan palsu

Oh dunia, kini kau berhasil cabik-cabik imanku
Kau tumbangkan relung-relung kalbuku
Kau hancurkan pondasi keyakinanku
Kau tawan dengan racun kenistaanmu

Karena cintaku pada dunia
Yang tumbuh adalah keserakahan
Yang hadir penindasan
Nilai keadilan tinggal kata  & tulisan semata

Dunia kau benar-benar hebat
Kau mampu meruntuhkan tali persaudaraan
Kau mampu menghancurkan persatuan
Kau mampu membelah cahaya ketuhanan
Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011

KEYAKINAN DAN ASA
(Sabtu, 03 Januari ’04)
By Mba Sri

Dalam hidup ini
Banyak sekali persoalan
Tapi bukan tak ada arti
Tak ada mimpi

Jika saya lari
Ia akan terus menghampiri
Ia tak kenal kompromi
Ia tak kan pernah mati

Setiap persoalan kan disandingkan harapan
Harapan tuk bangun impian
Impian tuk menggalang kekuatan
Kekuatan tuk menumbuhkan keyakinan
Keyakinan itu menghadirkan keberhasilan
Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011

KESUNYIAAN
(Ahad, 4 Januari ’04)
By Mba Sri

Tuhan dalam suasana hati yang sunyi
Aroma Ar-Rahim-Mu selalu membayangi
Membayangi dalam setiap nadi
Membayangi dalam langkahku menempa diri

Tuhan, terkadang terbesit pertanyaan
Apakah aku ini seorang hamba?
Hati kecilku memberontak bukan!
Aku hanyalah manusia yang berlumuran dosa

Oh Tuhan, malu rasanya aku
Kuteriak ku orang beriman
Ku umat Muhammad, Kekasih-Mu
Kumerasa pejuang kebenaran

Oh Tuhan, Mengapa jiwaku hampa
Hampa dari cahaya-Mu
Hampa dari keridhoan-Mu
Hati terasa jilatan api neraka

Aku hidup, tapi jiwaku terpenjara
Aku berdoa, tapi bumi tak menerima
Kuberilmu, tapi tak ada hikmah
Kuberibadah, tapi tak menembus relung jiwa

Oh jiwa, yang ternoda
Pergilah dari bahtera hatiku
Pergilah, dengan segala keangkaraan dan kekerdilanmu
Balutlah hati dan ruh ini dengan aroma zahra
Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011


KERINDUAN DAN KESETIAN
(20 Februari ’03)
By Mba Sri

Sobat andai kau tahu
Betapa ku merindumu
Aku pasti kan malu
Malu karena kau tahu

Sobat dengan sebuah keyakinan
Kucoba untuk tanam kesetiaan
Kusiram hatiku dengan sejuta harapan
Kusimpan dan kupendam kerinduan

Sobat kuyakin, kau merasakan hal sama
Kau pun menyimpan sejuta harapan antara cita dan cinta
Kuyakin kau ingin ada penyatuan antara kita
Pernyataan dua hati yang dihiasi cinta mulia

Sobat dengan segala kebaikanmu
Kucoba tuk menghapus bayangmu
Tapi semakin kuhapus, semakin kuat kerinduan
Semakin kuat keyakinanku tuk setia untukmu
Penantian pun sebagai obat kerinduan

Sobat ku ikhlas menantimu
Dengan beribu-ribu doaku
Moga kebahagian selalu mendampingi hidupmu
Moga, Tuhan selalu mengiringi jejak perjuanganmu

Sobat penantian itu laksana pedang
Semkin diasah kan makin tajam
Sebuah penantian dan kesetiaan
Kan merubah yang pasti jadi kepastian
Yang tak berani menjadi keberanian

Oh nilai sebuah kesetiaan begitu tinggi
Ia tak dapat dinilai dengan mutiara
Ia tak dapat dinilai dengan luasnya laut dan daratan
Ia tak dapat dinilai dengan istana dan tahta

Sobat semoga dengan kesetiaan ada penyatuan
Penyatuan dalam bahtera kehidupan
Diikat dengan tali ke-Ilahian
Dibalut dengan ahklak & aqidah kesucian
Di bawah panji-panji cahaya Islam
Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011


PANGGILAN SUCI
(8 September’07)
By Mba Sri

Tapakkanlah kakimu untuk berjuang di jalan Tuhan
Tak usah ragu lagi, pasti ada pencerahan
Nyalakanlah genderang perlawanan
Terhadap ketidak-adilan dan penindasan

Bangunlah dari tidur panjangmu, hai generasi hijau hitam
Jangan terlalaikan oleh buaian dunia yang kelam
Di luar sana ada generasi & kaum papa yang terluka serta terpenjara
Terpenjara  & terpasung hak asasinya oleh penguasa durjana

Siapkanlah diri tuk merengkuh asa
Demi kebebasan dan kebahagian rakyat jelata
Menuju dunia yang mereka impikan
Di mana Tuhan telah menjanjikan kebahagiaan

Satukan hati untuk membebaskan mereka
Patahkan dan hancurkan segala kezholiman di persada
Teguhkan tekad dan hati tuk menyongsong kemenangan
Dengan menebarkan bunga-bunga kedamaian & keadilan

Teruslah kibarkan semangat juangmu di bumi ini
Lantunkanlah nyanyian dzikir-dzikirmu
Menghiasi lorong-lorong kegelapan
Menyingkap tabir pertolongan Tuhan
Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011

SERIBU TANYAKU
( 8 Juni ’07)
By: Mba Sri
Ketika kerapuhan menghimpit nuraniku
Ketika keyakinan pun berkonflik dengan keraguanku
Keraguan akan kebesaran Tuhan-ku
Keraguan yang berujung pada pemberontakan jiwaku

Tuhan, segala perintah dan larangan-Mu
Coba kutaati dengan sepenuh jiwa
Segala penderitaan telah kuabaikan untuk-Mu
Tuhan, tapi kenapa sekarang kau biarkan kuterluka?
Engkau biarkan aku terseok-seok dalam kebimbangan nyata

Ya Allah, segala beban kucoba tepiskan
Segala taqdir-Mu kujalani penuh keikhlasan
Berbaik sangka kutanamkan di relung hati
Demi menggapai Ridho dan mahabbah-Mu ya Illahi

Ya Illahi, segala prasangka terus kukobarkan
Kucoba merekam perbuatanku dalam perenungan
Perenungan tuk mendapati hakikat kehidupan
Sehingga kan terjawab “Untuk apa aku Hidup”?

Ya Allah, ku tahu Engkau sedang memainkan peranku
Engkau membiarkanku dalam berbagai persoalan hidup
Apakah kan tenggelam dalam keputusasaan
Ataukah akan berdiri kokoh dalam nuansa cobaan
Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011


KEPALSUAN DUNIA
( 6 April ’07)
By Mba Sri

KETIKA MANUSIA DILANDA CINTA
KEHADIRAN TUHAN PUN TIADA BERARTI
SIKAP RASIONAL PUN SEPERTINYA MATI
YANG BICARA ADALAH NAFSU SEMATA

ADA KEGUNDAHAN DALAM RUANG JIWAKU
ADA KERISAUAN DALAM NURANIKU
ADA KESEDIHAN DALAM PANDANGANKU
TAPI MASIH ADA ASA DALAM SEMANGAT JUANGKU

SEMANGAT TUk MERUBAH DUNIAKU
YANG TERBELENGGU DENGAN KHAYALKU
YANG TERBAKAR KARENA DENDAM   MEMBARA
YANG TERGORES KARENA KATA-KATA  TAK BERMAKNA
YANG TERIRIS KARENA KEANGKUHANKU
TERSEOK-SEOK KARENA KETIDAKTEGASANKU
TERPURUK KARENA KEZHOLIMANKU PADA TUHANKU
TERASING KARENA KESOMBONGANKU PADA TUHAN & MANUSIA

TUHAN SEJUTA CARA KU MENDEKATI-MU
SERIBU RINTANGAN PUN MENERJANGKU
SERIBU ANAK PANAH TERUS   MENGHUJAMKU
TUHAN INIKAH JALAN MENUJU PINTU-MU?

TUHAN IJINKAN AKU MELEWATI PINTU-MU
PINTU YANG MENGHANTARKANKU PADA KEDAMAIAN JIWA
PINTU YANG MENGANGKATKU PADA MAQAM-MU
PINTU YANG MENYELAMI KEBESARAN DAN KEAGUNGAN-MU

TUHAN, TERIMALAH SEGALA KEPASRAHANKU
TUHAN TERIMALAH SEGALA PENGADUANKU
TENTANG SEGALA KEGUNDAHAN HATI
TENTANG KERISAUAN JIWA INI
Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011


INSPIRASI DARI SANG PENCIPTA
Oleh Nanang Qosim Ali H.

Dunia Islam kembali menggegerkan publik Internasional dengan adanya kerusuhan di Tunisia dan Mesir oleh rakyatnya sendiri. Kejadian ini bermula pada kerusuhan di Tunisia yang rakyatnya menuntut untuk menggulingkan kekuasaan Zine El Abidin Ben Ali karena dinilai otoriter dalam pemerintahanya. Akhirnya setelah memimpin kurang lebih 23 tahun, Presiden yang biasa disapa Ben Ali ini, berhasil dijatuhkan dari kursi kekuasaannya berkat upaya dari rakyatnya sendiri melalui aksi jalanan di pusat kota Tunis ibukota Tunisia.
Kerusuhan tersebut telah merugikan Tunisia kurang lebih 1,6 milliar euro atau senilai 2,2 milliar dolar AS[1]. Dari aksi jalanan tersebut, puluhan warga Tunisia tewas dan luka parah karena adanya perlawanan balik dari pasukan khusus Ben Ali yang masih setia dengan kepemimpinannya. Namun itu tidak berlangsung lama karena pasukan keamanan militer Tunisia telah meredam konflik tersebut dengan menangkap beberapa pasukan khusus Ben Ali yang menembaki warga Tunisia yang tidak dilengkapi senjata api.
            Dari fenomena itu, anehnya kerusuhan tersebut telah menginspirasi negara-negara lain di Afrika untuk melakukan aksi yang sama. Dengan adanya kerusuhan di Mesir dan Gabon akhir-akhir ini, menunjukkan bahwa pengaruh pemberontakan yang dilakukan warga Tunisia terhadap pemerintahannya mampu menginspirasi sehingga bisa menggoyangkan rezim otoriter di benua Afrika tersebut terutama di negara Mesir dan Gabon.
Mesir
Masyarakat Mesir yang notabene dipimpin oleh Husni Mubarak selama 30 tahun, memilih jalan untuk revolusi karena warga Mesir tidak puas akan kepemimpinannya. Husni Mubarak, putra dari presiden sebelumnya Mahmod Mubarak, dianggap tidak membawa perubahan bagi rakyat Mesir terutama dalam mengentaskan kemiskinan, masalah pengangguran dan korupsi yang terus merajalela di negara yang terkenal dengan sejarah kerajaannya yang hebat di masa lalu itu. Ini membuat penat warga Mesir yang sudah lama memendam kekecewaan kepada pemimpinnya sehingga memunculkan kerusuhan sebagai bentuk kekecewaan dan sebuah bentuk aspirasi masyarakat Mesir yang ingin menjatuhkan rezim otoriter.  Meskipun banyak korban tewas dan luka-luka akibat konflik yang berkepanjangan di kota yang terkenal dengan peradaban tuanya, yakni Kairo, masyarakat Mesir bersikeras tetap ingin menjatuhkan rezim tersebut meskipun Mubarak tidak mau turun dari tahta kekuasaannya.
“Kerusuhan” di Mesir juga direspon juga oleh masyarakat Gabon sehingga memunculkan aksi-aksi anarkis sehingga melibatkan 5000 personel keamanan militer Gabon untuk mengamankan dan menstabilkan situasi dalam aksi kerusuhan di Gabon.
Kejadian di atas menunjukkan adanya kekuatan yang sebenarnya dari masyarakat yang mana menginginkan perubahan dari rezim yang tidak berpihak kepada rakyatnya. Kekuatan manusia yang mampu meruntuhkan rezim otoriter yang berlindung di balik tank dan baja dengan bermodalkan semangat perubahan dan reformasi.  Namun ini bukan berarti rezim otoriter tidak mampu memberikan kontribusi yang positif bagi rakyatnya namun asalkan rezim tersebut masih berpihak kepada rakyatnya, maka apa pun bentuk rezim tersebut akan selalu mendapat dukungan dari rakyatnya sendiri. Sebuah negara, yang mana dijalankan oleh pemerintahannya harus mampu memberikan pelayanan dan mempu menyalesaikan permasalahan-permasalahan rakyatnya sendiri karena mengingat rakyatlah yang menjadi bagian dari sebuah negara. Di sisi lain melihat kejadian tersebut, seharusnya ini menjadi cerminan dan sinyal bagi pemerintahan di Negara manapun yang sadar akan “kegagalan” dalam pemerintahannya tanpa menunggu untuk digulingkan secara tidak terhormat oleh rakyatnya sendiri.  
Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011

Gaya Hidup Televisi
Oleh Darwin
            Dunia keseharian kita tak terpisahkan dari yang namanya media seperti handphone, televisi, surat kabar, internet dan media-media lainnya. Mulai dari kita membuka mata di pagi hari setelah kita bangun tidur hingga kita tidur kembali di malam harinya, kita tidak bisa lepas dari media. Ketidaklepasan kita dari media-media ini adalah tuntutan gaya hidup zaman ini yang katanya adalah zaman modern. Jangan abaikan media kalau kita tidak ingin menjadi tarzan yang baru kembali dari hutan, karena tanpa media kita tidak akan tahu apa-apa terkait realitas yang terjadi di sekitar kita. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah filter dalam mengkonsumsi media-media ini.
            Media adalah teknologi ciptaan manusia. Ia berkait erat dengan teknologi informasi yang  tengah “menggila” dalam kehidupan manusia sekarang ini karena pertautannya dengan globalisasi tentunya. Teknologi informasi yang mewujud dalam bentuk media ini menguasai sudut-sudut kehidupan kita. Ia masuk terkadaang menembus privasi. Yang rahasia menjadi konsumsi publik. Kasus terbongkarnya kawat-kawat diplomatik berbagai negara di dunia oleh situs “peniup peluit” Wikileaks menjadi penguat akan hal ini.   
Dari berbagai media yang ada, media televisi mempunyai “kelebihan” daripada media-media lainnya. Ia mempunyai efek “sihir” yang lebih dibanding media-media lainnya karena sifatnya mudah diakses. Tinggal menekan remote control maka televisi akan langsung menyala asal terhubung dengan aliran listrik. Selain itu, televisi mempunyai pengaruh yang bisa menjangkau khalayak secara luas, ditambah lagi dengan acara-acaranya yang memikat, dan sangat variatif. Televisi juga mengakomodir semua kalangan, seperti orang tua, remaja, dewasa, anak-anak, orang kaya, orang miskin, yang berpendidikan, maupun yang tidak berpendidikan. Semua dirangkul oleh “kotak ajaib” ini tanpa kecuali.
Bisa dikatakan gaya hidup kita adalah gaya hidup televisi. Semua tindak tanduk kita dalam kehidupan ini tidak bisa lepas dari pesan yang disampaikan oleh televisi. Aktivitas kita seperti makan, berbicara, berjalan, dan hal-hal terkait gaya hidup lainnya tidak bisa lepas dari media ini. Pilihan-pilihan kebutuhan sehari-hari yang remeh temeh pun juga tidak bisa dilepaskan dari televisi, seperti gaya rambut, hingga (maaf) celana dalam yang dimiliki sekalipun.
Terakhir, dengan melihat realitas di atas, yang mana pengaruh media khususnya televisi sangat nyata bagi kehidupan kita, penulis berharap kepada khalayak televisi, pemilik stasiun televisi, regulator media, dan pihak yang memproduksi acara-acara televisi termasuk pembuat iklan agar berbenah. Kita sangat berharap pihak regulator media seperti Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) agar lebih proaktif lagi memantau acara-acara televisi yang bisa merugikan konsumen, kerena adanya acara-acara yang tidak mendidik. Tentunya dalam hal ini pihak pemilik stasiun televisi sangat diharapkan kerjasamanya. Pemilik media harus memperhitungkan juga efek yang ditimbulkan oleh televisi terhadap khalayak ramai karena acara-acaranya yang tidak bermutu. Jangan hanya menjadikan profit sebagai tujuan utama, tetapi mendidik masyarakat  adalah kewajiban utama juga.
Bagi kita, mulai hari ini jadilah penonton televisi yang bijak, yang bisa memilah acara-acara televisi yang bermutu! Dan, satu hal yang sangat penting adalah mengurangi jam menonton televisi.
Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011


KETIKA HUKUM DIKENDALIKAN OLEH POLITIK
Supangat

Seperti yang kita ketahui bersama, aturan-aturan hukum di Indonesia adalah produk dari politik. Penulis mengatakan seperti itu dikarenakan yang membuat aturan hukum di Indonesia tidak lain adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Yang mana untuk menjadi anggota DPR haruslah melalui partai politik. Maka, penulis mengambil kesimpulan bahwa aturan hukum di Indonesia tidak lain adalah seperti yang sudah dipaparkan di atas. Dan ironisnya lagi yang menjadi anggota DPR itu sendiri kebanyakan bukan dari orang-orang hukum saja akan tetapi dari berbagai kalangan elit politik.
Maka produk hukum yang dihasilkan dan jika harus dipaksakan untuk diterapkan, akan berbenturan dengan norma-norma atau aturan-aturan yang ada. Seperti halnya hukuman mati di negara Indonesia masih dilaksanakan, tetapi dalam konstitusi dalam hal ini, UUD  tahun 1945 Pasal 28A yang mengatur setiap orang berhak untuk hidup serta berhak memperhatikan dan berhak mengatur kehidupannya. Terkait hal ini, maka jika terjadi suatu perkara yang mana dikenakan hukuman mati dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana,  maka aturan mana yang harus diutamakan dalam penerapan hukumnya?
Dari situlah penulis akan bercerita sedikit mengenai berbagai hal tentang kedudukan atau hirarki perundang-undangan. Sesuai dengan yang penulis dapatkan dalam perkuliahan dan dalam buku ajar yang disediakan [2]. Yang mana sesuwai dengan hukum tatanegaranya dan menurut ketetapan ‘MPR’ Majelis Permusawaratan Rakyat Nomor. III/MPR/2000.  Adapun runtuttannya sebagai berikut :
a)      UUD 1945
b)      Ketetapan MPR
c)      UU
d)     PERPU
e)      PP
f)       KEPPRES
g)      PERDA
Tentang urutan atau hirarki ini, jika terjadi pertentangan maka yang dimenangkan adalah yang urutannya lebih tinggi. Dalam hal ini adalah UUD 1945.
Ketika hukum dikuasai oleh politik maka yang akan terjadi adalah pembedaan kasta-kasta dan golongan. Dari itulah kemudian aturan-aturan hukum hanya dibuat semata-mata untuk melindungi kepantingan kelompok dan individu. Untuk menyikapi hal tersebut tentunya penulis tidak hanya membual kata-kata saja akan tetapi berdasarkan realita dan fakta. Seperti yang terjadi di Negara Indonesia saat ini, misal kasus mafia pajak. Dalam proses pengadilan, di situ sangat terlihat sekali pengaruh politik kepada hakim dalam pengambilan keputusan. Seperti halnya bila dibandingkan dengan kasus-kasus kecil lainnya yang mana di situ sama-sama deliknya, akan tetapi putusan hakim sangat berbeda sekali. Baik dilihat dari penerapan hukumnya maupun dalam proses pemeriksaannya. Dan dengan itulah penulis merasa prihatin dengan negara Indonesia pada saat ini. Di mana penegakkan hukum pada saat ini selalu mengesampingkan azas yang seharusnya itu menjadi pertimbangan yang perlu diperhatikan, yakni azas equality before the law dan UUD 1945, dan KUHP.
Menanggapi hal itu tentunya penulis kurang bijak jika hanya menulis dan berargumen  tanpa mendengar pendapat dari beberapa pakar di bidang hukum. Salah satu di antaranya adalah aktivis anti korupsi UGM, Zaenal Arifin Mochtar di harian Kompas edisi 29 Januari 201 mengatakan, boleh jadi ini manifesto bersama rakyat yang sedang geram. Yang menjadi dasar keinginan bersama untuk menyatakan kegeraman dan kemuakan kepada koruptor dan para mafia. Penduduk negeri ini ingin bersatu karena rakyat Indonesia sudah bosan dengan ketidakmampuan para penegakan hukum menangani berbagai kasus.
Kemudian penulis akan mencoba mengajak para pembaca untuk sepintas mengingat tentang tragedi bom Bali. Pelopor kejadian itu adalah Amrozi dan teman-teman seideologinya. Kasus ini bisa kita bandingkan dengan kasus yang sempat menghebohkan semua kalangan masyarakat Indonesia bahkan mancanegara, yakni kasus Gayus HP Tambunan, yang mana keduanya sama-sama melakukan kejahatan tindak pidana murni. Lalu mengapa Amrozi Cs  dihukum mati sementara Gayus HP Tambuna cuma divonis 7 tahun pidana penjara dan denda 300.000.000 rupiah? Padahal di situ sudah sangat jelas sama-sama sebagai pembunuh, jika Amrozi Cs membunuh secara terang-terangan dengan menggunakan bom, sementara Gayus membunuh secara halus dalam hal ini menjadi koruptor. Kemudian mengapa penulis menafsirkan bahwa Gayus adalah pembunuh karena jika kita lihat apa manfaat dan apa guna dari pajak itu sendiri.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwasanya fungsi dan manfaat dari pajak itu adalah sebagai penopang jalannya sebuah roda pemerintahan dan menstabilkan keuangan negara. Dengan begitu banyaknya pajak yang dikorupsi oleh Gayus maka efek sampingnya adalah seperti sekarang ini harga sembilan bahan pokok (sembako), Bahan Bakar Minyak (BBM), Tarif Dasar Listik (TDL) naik. Bisa kita lihat kejadian dan efek dari kenaikan itu semua, maka banyak sekali angka kemiskinan di negara Indonesia pada saat ini dan sudah berapa banyak warga negara yang bunuh diri, mencuri dan membunuh. Semua ini karena alasan ekonomi. Untuk mendapatkan sesuap nasi orang bisa melakukan apa saja asalkan makan. Sehingga tidak ada lagi istilah atau filsafat orang Jawa yang sempat tren di masanya yaitu makan gak makan asal kumpul. Akan tapi jika keadaannya sudah sedemikian ironisnya mungkin sudah waktunya kita menggunakan istilah kumpul gak kumpul asalkan makan dan jangan pernah mau kerja kalau tidak dikasih makan.
Dari berbagai pernyataan di atas, intinya penulis hanya mau mengajak, menghimbau dan memberikan gambaran-gambaran saja biar pembaca lebih membuka cakrawala keilmuannya lagi. Dan tidak hanya dijadikan sasaran atau target perpolitikan saja yang hanya menginginkan kepentingannya tercapai. Maka dari itu marilah kita sebagai bangsa Indonesia menegakkan hukum berdasarkan hati nurani, dan kebersamaan sebagaimana yang pernah kita lakukan dahulu di masa pra kemerdekaan dalam mengusir para penjajah. Mari kita serukan lagi semboyan kita yaitu Bhineka Tunggal Ika dan spirit sumpah pemuda yang menyerukan kebersamaan. Supaya negara Indonesia bisa meraih kemerdekaan yang sesungguhnya dan hakiki.
Yogyakarta, 29 Januari 2011
Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011


Story Love
Ahmad Sahide

Suatu hari burung jatuh cinta pada mawar putih
Burung pun berusaha untuk mengungkapkan perasaannya
Tapi mawar putih berkata:
“Aku tidak akan pernah bisa mencintai kamu”
Burung itup un tak menyerah
setiap hari ia datang hanya untuk bertemu dengan mawar putih

Akhirnya mawar putih pun berkata:
“Aku akan mencintai kamu jika dapat mengubah aku menjadi mawar merah”
dan di kemudian hari burung itu datang lagi kembali
ia memotong sayapnya dan menebarkan darahnya pada mawar putih hingga dia berubah menjadi merah

akhirnya mawar putih sadar seberapa besar burung itu mencintai dirinya
tapi itu semua sudah terlambat, karena burung itu tak akan kembali lagi ke dunia

maka dari itu, hargailah siapa pun yang mencintai dirimu sebelum dia pergi untuk meninggalkanmu dan tak kembali untuk selama-lamanya
(saduran dari sms teman)
(Yogyakarta, 25 Januari 2010)
Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011


Kehampaan
Ahmad Sahide

Kicauan burung tak lagi menghibur diriku
Cahaya bintang-bintang tak lagi menerangi jiwaku
Tiupan angin malam tak lagi menyejukkan qalbuku
Petuah-petuah tak lagi memberiku kekuatan

Jiwaku sedang berkelana di alam kehampaan
Melangkah jauh tanpa kepastian
Membawa remuk-remuk kegoncangan jiwa
Mencari sesuatu yang tiada
Mengharapkan kemustahilan

***
TUHAN!
Jangan kau tanamkan cinta dalam jiwaku
Bila ia akan menuntunku ke alam kehampaan
Jangan Kau beri aku ruang untuk berharap
Jika Engkau tidak mengabulkannya
Jangan bawa aku ke alam mimpi-mimpi indah
Bila ia tidak akan mewujud nyata
Janganlah beri aku cinta selain cinta kepada-Mu
Jika itu akan menyiksaku
TUHAN!
Kepada-Mulah aku mengadu
Engkaulah tempatku bersandar
Berilah aku cinta yang dapat menenangkan, menyejukkan jiwaku
Menentramkan hatiku, menjernihkan pikiranku
Menemaniku melangkah kepada kepastian
(Yogyakarta, 25 Januari 2011)

Pegiat forum “Komunitas Belajar Menulis”
Yogyakarta, 30 Januari 2011





                                                                       












[1] www.liputan24.info.com
[2] Septi Nurwijayanti. SH., M.H. dan Iwan Satriawan. SH. MCL., dalam buku ajar Hukum Tatanegara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar